Sampai
Jumpa
Denting
piano mulai terdengar yang alunannya menenangan, pukulan drum yang disusul
iringan gitar semakin menghidupkan suasana, Nyanyian seorang laki-laki muda
yang berada di depan mikrofon hitam melengkapi personil dalam grup musik itu.
Musik yang mereka mainkan begitu keren didalam studio musik yang setiap
dindingnya dilapisi oleh gypsum dan busa yang kedap suara. Tentu ditambah suara
laki-laki itu semakin menghidupkan iringan musik itu dengan lantunan lagu yang
dibawakan.
Musik
dan nyanyian telah terhenti, terlihat wajah mereka yang lumayan letih akan
lagu-lagu yang mereka mainkan sedari tadi. Terdengar suara tepuk tangan
seseorang yang demikian kerasnya hingga mereka menoleh ke sumber suara. “ katamu kau tidak mau kesini ! “
ujar Leon yang masih memegang gitar kesayangannya.
“ iya Kak, katanya nggak mau kesini, lalu
kenapa kesini ? “ tambah Luna yang duduk di bangku kecil dibalik drum selagi
masih menggenggam stick. Laki-laki yang baru saja datang itu hanya menunjukkan
senyumnya saat mendengar komentar komentar dari mereka. “ maaf guys .. acara
keluargaku tadi gak jadi, so rencana aku segera datang kesini and pengen
dengarin kalian ngeband lagi. “ kata Adam yang juga menunjukkan ulasan
senyumnya.
“ daripada ndengerin lebih baik juga ikutan
Kak. “ ajak Sinta kepada seniornya itu.
“ maaf ya dek, lain kali .. “ ujar santai
Adam.
“ dari dulu lain kali.. “ gumam Sinta.
Personil
band itu segera duduk di sofa merah merah marun berbentuk setengah melingkar
sekaligus terheran dengan berbagai makanan dan minuman yang tersedia diatas
meja kaca..“ apa ini ? “ tanya Leon yang memandang cemilan yang menumpuk
dimeja.
“ emm.. anggap aja sebagai permintaan maafku.
“ kata Adam yang menaikkan salah satu alis tebalnya. Terdengar suara tutup
botol yang baru terbuka, gadis itu memberikan minuman itu pada laki-laki yang
sedari tadi menyanyi tanpa henti. Pasti tenggorokannya kering, pikir Sinta
peduli terhadap Ryo. “ apa yang kau lakukan ? “ tanya Adam yang sambil mengacungkan
jari telunjuknya kearah botol minuman yang akan diberikan kepada Ryo. “ Kakak
tidak lihat ? bukankah kakak sendiri yang bilang semua ini sebagai permintaan
maaf kakak tentu saja harus diminum kan ? “ ujar Sinta yang sambil duduk di
sofa. Adam membungkam mulutnya, benar juga apa yang dikatakannya, pikir Adam.
Mereka membuka cemilan dan meminum minuman kaleng dan minuman botol. Canda tawa
juga mereka lakukan..
“ jari-jarimu tidak pegal Sin dari tadi
memainkan piano itu ? “ tanya Adam yang tiba-tiba saja memegang tangan Sinta.
“ enggak lah Kak .. udah biasa lagi. “ jawab
gadis itu sambil menarik tangannya dari tangan Adam dan tersenyum.
“ ada yang modus .. “ ejek Luna yang
mengetahui kelakuan laki-laki itu.
“ hati-hati Sin.... jaga jarak sama kak Adam lho. “ tambah Leon
mengejek. Mereka tertawa kembali. Laki-laki yang duduk ditepi sofa hanya
terdiam memperhatikan teman-temannya mengobrol soal modus modus apalah itu.
Hari
semakin sore. Sang surya yang semakin tenggelam dan langit yang semakin gelap.
Luna menyarankan untuk segera pulang dari studio milik Leon. Mereka menuruni
tangga rumah Leon.
“ tante kita pulang dulu ! “ kata Luna yang
menampilkan senyum jelitanya.
“ iya ! besok dateng lagi ya ! “ jawab ibunya
Leon dengan senang hati memperbolehkan kawan-kawan anaknya datang kapanpun. Luna
membuka pintu mobil belakang warna hitam mengkilat dan segera menduduki bangku
yang tersedia. Sedangkan Ryo sudah bersiap dengan menancap gas mobil, tinggal
menunggu gadis yang masih diluar sana. Kenapa gadis itu belum masuk-masuk juga.
Ternyata, Sinta masih mengobrol dengan Adam, pikir Ryo. Lagi-lagi mereka.
“ hey Sinta ! kau tidak mau pulang ? “ teriak
Luna yang menunggu Sinta agar segera masuk kemobil.
“ see you Kak ! “ sapa Sinta kepada Adam yang
segera berlari menuju bangku depan mobil Ryo, Adam hanya tersenyum lembut
melhat gadis itu memasuki mobil Ryo.
Mobil
hitam itu berhenti di depan sebuah rumah yang berornamen kayu yang mengkilat
tanpa noda ataupun hewan-hewan yang bersarang.
“ see you tomorrow guys ! “ ucap Luna sambil
keluar dan membanting pintu mobil pelan. Luna menampilkan wajah cerianya kepada
kedua orang itu yang berada didalam mobil, Sinta juga tersenyum dan melambaikan
tangannya serta Ryo yang tersenyum sambil membunyikan tombol klakson mobilnya
dan segera menancap gas. Hening didalam mobil ini. Sinta memandang toko-toko
yang berjejaran dijalan dengan berbagai lampu terang agar menarik pelanggan
untuk masuk kedalam, Sinta hanya memandang ke luar jendela kaca mobil, ia tidak
mau mengganggu Ryo yang sedang fokus saat mengemudikan mobil dijalan raya.
Hening. “ kenapa diam saja ? “ tanya Ryo memecahkan keheningan yang tercipta
sedari tadi di dalam mobil.
“ iya Kak ? “ tanya gadis itu yang sepertinya
sedang tidak fokus. Ryo mengulang kembali pertanyaannya dengan lebih
memperjelas suaranya.
“ emm.. aku tidak mau mengganggu kakak yang
lagi fokus ke jalanan. “ jawab Sinta yang menunjukkan senyum tipisnya kepada
laki-laki yang sedang mengemudikan mobil. Suasana kembali sunyi, Ryo tau apa
maksud gadis itu yaitu agar dirinya fokus saat mengemudi dan selamat sampai
tujuan.
Akhirnya,
mobil itu berhenti disebuah rumah lagi, rumah yang cukup besar dengan gerbang
besi hitam yang membentengi rumah tersebut. Pintu mobil terbuka, Sinta turun
dari mobil Ryo sambil menenteng tasnya yang berwarna coklat.
“ thanks ya Kak, sampai jumpa besok. “ ucap
Sinta yang dengan mudahnya menampilkan senyumnya kepada laki-laki itu yang
sedang duduk di bangku pengemudi. Setelah Ryo melajukan mobil dan menghilang di
tikungan sana, Sinta segera memasuki rumahnya. Sinta menuju ruang dapur untuk
mengambil obatnya yang ada dilemari. Ia teguk dua kapsul diikuti segelas air
putih.
“ kamu baru pulang Sin ? “ tanya ibunya yang
menampilkan wajah yang sedikit gelisah. Gadis itu meminta maaf kepada ibunya
yang khawatir kepadanya karena pulang terlambat.
“ kamu terlihat lelah, kenapa masih saja bermain
band dengan mereka ? “ tanya ibunya lagi.
“ hanya itu kegiatan yang bisa kulakukan Bu,
biarkan aku berada di band itu, kumohon Bu.. “ pinta Sinta kepada ibunya yang
semakin khawatir. Ibunya hanya menghela nafas dan mengalah akan putrinya yang
tercinta. Walaupun Sinta juga tau bagaimana khawatirnya ibunya kepada dirinya,
namun ia ingin bermain musik.
Akhirnya
dosen musik itu mengatakan salam penutup untuk kelas hari ini. Sinta sudah
tidak sabar bertemu dia di cafe kampus. Ia segera menuju ke tempat itu, sampai
disana ia melihat Adam yang sedang tengah bersantai meneguk jus melonnya. Gadis
itu menyapanya dengan riang. Adam terkejut dengan kedatangan gadis itu namun
tetap menampilkan senyuman wibawanya.
“ Kak Adam lagi nggak ada kelas atau..
jangan-jangan bolos ? “ tanya Sinta sambil mencoba bercanda dengan seniornya
itu. Laki-laki yang berada didepannya hanya tertawa mendengar pertanyaan gadis
itu, mana mungkin Adam meninggalkan pembelajarannya, rasanya tidak mungkin.
“nggak lah. udah selesai .. emang aku anak
muda yang suka bolos kelas apa ? “ gurau balik Adam. Sekarang gantian Sinta
yang tertawa dan menjawab ucapan laki-laki itu “ anak muda ? masih mudaan aku
lah Kak ! “. Ryo melihat kedua manusia itu tertawa bersama. Apakah gadis itu
menyadari kedatangannya ?, pikir Ryo. Sinta melihat laki-laki diambang pintu
cafe, serentak ia melambaikan tangannya tinggi-tinggi dan mengatakan bahwa
dirinya berada disana. Ternyata ia menyadarinya. Pikir lagi laki-laki itu.
Bersamaan dengan itu, Adam menengok ke arah pintu cafe, siapa yang disapa oleh
gadis itu, ternyata Ryo, pikir Adam.
“ kau kesini untuk bertemu Ryo ? “ tanya
Adam.
“ iya, kenapa Kak ? “ jawab santai gadis itu.
“ mau ngomongin apa memangnya ? “ tanya lagi
Adam yang penasaran. Tiba-tiba Ryo sudah berada didekat mereka dan langsung
bertanya kepada gadis itu “ jadi nggak ? “.
“ iyalah Kak ! “ jawab tegas Sinta.
“ jadi apa ? kalian mau ngapain ? “ tanya
laki-laki itu yang menambah penasarannya akan mereka berdua. Tidak Sinta
ataupun Ryo untuk merespon pertanyaan laki-laki yang sepertinya sudah setelah
mati penasaran. “ duluan ya Kak, sampai jumpa ! “ seru Sinta yang bangun dan
meninggalkan meja itu bersama Ryo,menjauh dari sana dan melewati pintu berbahan
kaca tebal nan bening. Adam masih memandang mereka dari tempatnya. Ia semakin
penasan dengan hal ini. Ia segera berlari ke mobilnya dan mengikuti mobil yang
mereka tumpang.
Setelah
beberapa saat mengemudikan mobil ditengah tengah padatnya jalan, mobil hitam itu
akhirnya berhenti disebelah bangunan yang cukup besar. Ryo dan Sinta beranjak
keluar dari mobil, orang itu masih mengawasi mereka berdua. Bioskop ?, tanya
Adam dalam hati yang menambah kecurigaannya terhadap mereka. Ia mendesah.
Kecewa. Tidak ingin berlama-lama ditempat itu, ia segera putar balik dan
meninggalkan parkiran bioskop itu.
Esoknya,
We band berkumpul di tempat biasa, yaitu di studionya Leon ditambah dengan satu
orang lagi, yaitu Adam. Dia itu apa sih hubungannya dengan band mreka ? kenapa
sering sekali bersama mereka ?.
“ kalian berdua ! kemarin mau kemana ha ? “ tanya
Adam yang berpura-pura tidak tau kemana mereka pergi, padahal.. ia sudah tau.
“ iya itu, kemarin diajak ngeband nggak bisa,
kenapa ? “ ujar Leon menegasnya lagi.
“ kemarin aku sama Ryo ada acara penting. “
jawab Sinta yang tidak ingin melanjutkan penjelasan lebih rinci lagi.
“ mungkinkah... kalian ada hal yang kita
ketahui ? “ Luna curiga dengan kedua orang itu yang sedang duduk berjejeran.
“ apa maksudmu ? “
“ ya.. seperti hubungan khusus. “ ucap Luna
tambah curiga. Suasana hening tercipta setelah Luna mengucapkannya. Hingga
Sinta yang berbicara dan memecahan suasana hening yang aneh ini. Sepertinya ada
kesalahpahaman di sini.
“ kalian salah mengerti, bukan hubungan
khusus ataupun semacam itu. Kalian salah. “ ujar Sinta yang membantah
pernyataan aneh itu.
“ kemarin temen-temen kelas SMU ku dulu
mengajakku buat nonton film dan makan bareng di restoran plus jalan-jalan
bereng. “ jelas Ryo yang meluruskan kesalahpahaman ini.
“ tapi kenapa Sinta ikut ? kan kalian beda
kelas. “ tanya Luna yang masih curiga walaupun sudah diberitahu acara kemarin.
“ ouh ya.. kalian belum tau belumtau ya
? saat SMU aku sering bergaul dan maen
bareng sama senior apalagi sama grupnya Kak Ryo, sering banget. “ tambah Sinta
yang menjelaskan masalah ini.
“ nah, kemarin aku juga disuruh ajak Sinta
sekalian, ya udah aku ajaklah, gitu ! kalian jangan berfikiran aneh aneh dulu.
“ tambah lagi laki-laki itu dengan santai karena memang tak ada hubungan khusus
diantara mereka berdua. Mendengar penjelasan kedua orang itu, semua yang
mendengar menjadi lega kembali,apalagi laki-laki yang berada di kursi kayu yang
duduk dengan wajah masam sedari tadi,namun setelah mendengar hal tadi, ia
bagaikan bangkit dari kubur. Semangatnya membara lagi.
Ini
hari yang penting bagi We Band, karena hari ini ada audisi grup band yang
terakhir untuk tampil di acara yang akan diadakan oleh kampus satu bulan lagi. Jadi,
setelah kelas mereka selesai, mereka segera menuju ke ruang audisi yang berada
diruangan musik di lantai tiga. Lantai tiga ? harus berlari keatas ? stamina pasti
makin berkurang.
Seperti
biasanya, mereka sangat luar biasa saat tampil dan inilah kesempatan mereka
untuk membuktikan kepada dunia. Informasi selanjutnya untuk hasil audisi akan
diberitahukan dua hari kemudiam.
Pengumuman
soal hasil audisi kemarin akhirnya
keluar. Seorang juri kemarin menempelkan selembar kertas di papan pengumuman.
Sejenak setelah dosen itu menjauh, tempat itu dirubung para pelajar. Begitu
juga Leon dan Sinta yang kebetulan lewat dan melihat gerumbulan orang di depan
papan pengumuman. Segera mereka mendekat dan melihat apa yang ada disana.
Ternyata hasil audisi musik dua hari yang lalu. Mereka tunjuk satu per satu
nama band mereka, berharap nama We Band tercantum dikertas ini. Belum ketemu
juga, apa mungkin tidak ada, tidak mungkin.. permainan mereka sungguh indah,
pasti ada nama We Band disana.
Leon
dan Sinta segera berlari menuju tempat biasa grupnya bekumpul, yaitu di taman.
Taman yang penuh tanaman hijau dimana-mana. Oksigen yang berlimpah, udara yang
sejuk tanpa polusi, nyaman luar biasa. Tiba-tiba suara teriakan keras terdengar
dari jauh, Leon seperti kerasukan. Berlari tidak jelas menuju ketiga orang itu yang terlihat
bingung akan tingkah laku laki-laki itu sedangkan gadis yang berada
dibelakangnya hanya berjalan cepat menunjukkan senyum lebarnya.
“ Kak, kita berhasil ! “ teriak Leon.
“ berhasil apa ? “ tanya Luna yang heran.
“ kita berhasil dalam audisi kemarin ! We
Band berhasil ! “ tambah Sinta yang memperjelas kembali. Senyuman mereka
mengembang semua, berpelukan bersama sambil berteriak di keramaian kampus,
Sepeti orang gila yang berhasil kabur dari rumah sakit jiwa.
18
hari lagi. Hari semakin malam. Mereka berpamitan dari rumah Leon. Kali ini, Ryo
tidak bisa mengantar para gadis itu karena ia punya rencana bersama keluarganya
malam ini, jadi Adamlah yang mengantarkan mereka. Setelah mengantar Luna sampai
di rumahnya tinggal Sinta yang belum sampai. Memang rumahnya cukup jauh dari
kampus. Seperti biasa, gadis itu tidak ingin mengganggu orang yang sedang
mengemudi mobil, jadi ia hanya diam mematung melihat jalanan kota yang ramai
dan dipenuhi dengan cahaya-cahaya lampu. Hingga ia sampai di depan rumahnya
sendiri. Sinta ingin beranjak keluar dari mobil, namun Adam menahan sejenak. “
ada apa Kak ? “ tanya Sinta yang ingin tau kenapa laki-laki ini menghentikannya
untuk keluar dari mobilnya.
“ aku mau bertanya sesuatu kepadamu. “ ujar
Adam yang wajahnya penuh dengan pengharapan dan keseriusan.
“ bertanya apa ? “ Sinta yang semakin cepat
berdetak jantungnya. Adam pandang lekat lekat gadis yang berada di depannya dan
masih duduk di bangku itu, sebelum gadis itu keluar ia segera mengucapkannya “
aku.. sudah lama menyukaimu Sinta, maukah.. kau menjadi kekasihku ? apakah
perasaanmu juga sama halnya denganku ?
“. Sinta melebarkan matanya dan menganggap hal itu lelucon belaka, namun
sepertinya ini benar benar serius. Ia menarik nafas dalam dalam hingga tidak
ada yang bisa dihirup kemudian ia hembuskan perlahan untuk menjawab pertanyaan
Kak Adam.
“ Kak Adam.. aku tidak bisa Kak .. maaf.. aku
benar-benar tidak bisa.. “ jawab singkat gadis itu yang membuat Adam kaku
ditempat seakan otot ototnya mengejang, dia hanya bisa membisu ditempat.
“ Kak ? “ tanya Sinta yang melihat laki-laki
itu seperti syok dengan yang ia baru saja katakan walaupun memang sepertinya
kata-katanya tadi sempat perih dirasakan oleh Adam, namun itulah kenyataannya,
ia tidak bisa menerima cinta laki-laki ini.
“ ouh.. gitu.. ya nggak apa-apa kok ..” jawab
Adam santai walaupun sebenarnya tidak sesantai itu.
“ maaf Kak.. “ ucap Sinta yang segera keluar
dari suasana tidak nyaman ini. Ia melambaikan tangannya kearah laki-laki itu
dengan ulasan senyumnya. “ sampai jumpa besok Kak. “ ucap gadis itu yang seakan
dia telah lupa dengan apa yang barusan terjadi. Kecewa lagi si Adam ini. Ia
tersenyum tipis dan segera melajukan mobilnya, sangat bodoh sekali ia
mengatakan hal itu tadi, pikirnya.
Sinta
benar-benar merasa bersalah atas apa yang ia katakan tadi kepada Adam. Ia
memasuki rumahnya dan disambut oleh ibu tercintanya. Wajah ibunya lagi lagi
menampilkan rasa kekhawatiran “ baru pulang ? “
“ maaf Bu, aku terlambat pulang. “ sesal
Sinta yang membuat ibunya menunggunya hingga malam begini sambil menaiki
tangga, namun ia menghentikannya saat ibunya berucap kembali “ bisakah kau
berhenti untuk bermain musik di band itu ? kamu harus banyak istirahat nak..
ibu tidak ingin terjadi sesuatu padamu. “. Namun Sinta tidak merespon dan
melanjutkan menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Lagi-lagi
langkahya terhenti oleh suara ibunya “ ibu tidak ingin segera kehilanganmu nak.
“ kali ini benar-benar harus direspon oleh Sinta,pikirnya. “ ibu tidak akan
kehilanganku ! dan jangan membuat topik pembicaraan seperti ini lagi Bu. Sinta
tidak suka pembicaraan seperti ini. “ cetus Sinta yang melanjutkan langkahnya.
Ibunya hanya bisa melihat punggung anaknya yang sedang menaiki tangga.
Ryo
berada di ruangan itu sendirian hingga datanglah Adam yang menggendong ransel
hitamnya di punggungnya. Dengan hangat ia menyapa Ryo yang sedang duduk
menghadap laptopnya.
“ sekarang kau tak perlu khawatir lagi. “
ucap Adam tiba-tiba kepada Ryo yang berada disampingnya. Ryo tak mengerti apa
yang diucap laki-laki yang berda disebelahnya.
“ kemarin aku nyatain cintaku ke Sinta. “
ujar lagi Adam. Ryo mulai tersentak mendengar kata-kata itu, namun ia tetap
fokus pada laptopnya agar tidak terlihat kaget mendengarnya.
“ tapi.. ia menolakku. Jadi kau aman, kau
masih punya kesempatan. “ tambah Adam.
“ apa maksudmu ? “
“ kau tidak perlu berpura-pura lagi.. sudah
jelas dari matamu bahwa kau juga menyukai sinta. Iyakan ? “ kata Adam yang
menduga-duga. Namun, Ryo mengelak ujaran si Adam itu dan bersikap masa bodoh
dengan semua ini.
“ jika kau memang suka dengannya.. kau harus
bergegas sebelum ada yang lain. Kau mengerti Ryo ... sampai jumpa ! “ ucap
Adam. Dia itu bicara apa ? anggap saja angin lewat. Pikir Ryo dalam hati sambil
mengelengkan kepalanya.
14 hari lagi acara
akan dilaksanakan. Semakin tidak sabar dan semakin berdebar-debar yang
dirasakan. mereka terus berlatih hingga harus benar-benar sangat bagus. “
kenapa Adam nggak datang ? “ heran Luna yang mencari-cari sosok laki-laki itu
di ruangan kedap suara ini.
“ entahlah, mungkin dia ada acara mendadak
dengan keluarganya.” Jawab Leon yang sedang mengecek senar-senar gitarnya satu
persatu.
“ udah pukul lima sore nih, pulang yuk !
keburu malam ! “ ajak gadis itu yang
memang dari dulu yang selalu kapan harus pulang,yaitu gadis yang memegang drum,
Luna.
Ryo
menginjak pedal gas mobil, ia melajukan mobil sangat profesional, nggak kalah
profesionalnya dengam pembalap-pembalap yang bisanya berlomba di lintasan
mereka. Laki-laki itu sering sekali mengantarkan Luna Dan Sinta kembali ke
rumah mereka tanpa kekurangan apapun. Terdengar suara nada pesan dari handphone
Sinta ‘ sayang, ibu dan ayah pergi
sebentar ke acara pernikahannya teman ibu. Ingat jangan pulang malem-malem dan
jangan lupa obatnya diminum.Sampai nanti ‘.
“ siapa Sin ? “ tanya Ryo yang berada dibangku pengemudi.
“dari ibu.” Jawab singakat Sinta yang juga
memasukkan handphone-nya ke dalam tas kembali. Sesampai di depan rumah Sinta,
ia turun dari mobil Ryo. Tetapi kenapa Ryo juga turun dari mobil ? tidak
seperti biiasanya. Namun Sinta hanya diam melihat Ryo turun dari mobil dan
menghampiri Sinta dengan santainya.
“ kenapa turun Kak ? “ tanya Sinta. Laki-laki
itu terlihat santai namun juga bisa
terlihat gugup seprti saat kak Adam waktu itu...
“ aku menyukaimu Sinta, bagaimana menurutmu ?
“ ujar Ryo dengan cepat. Sinta berdiri diam mematung mendengar hal itu, seakan
ada yang menggerogoti tubuhnya. “ Sin ? “ kata laki-laki itu yang membuat sadar
gadis itu.
“ emmm.. gimana ya Kak.. “
“ kau menolakku ? begitukah ? “
“ maaf Kak.... sepertinya memang begitu...”
“ bukankah dulu kau pernah bilang kau
menyukaiku ? “
“ itu dulu Kak, sudah satu tahun yang lalu,
mungkin bersamaan dengan berjalannya waktu rasa sukaku pada Kak Ryo telah
memudar.. maaf Kak .. “
“ begitu ya.... maaf ya Sinta.... jika aku
terlambat satu tahun untuk hal ini Sin ....
kalau gitu, aku pulang dulu. “ kata Ryo yang menyesal bercampur kecewa
pada malam ini. Ia melajukan mobilnya kedepan, meninggalkan gadis itu disana.
“
hey Lun.. kok akhir-akhir ini aku nggak liat Sinta ya ? kemana dia ? “ tanya
Adam yang memang ia belum pernah melihatnya lagi setelah tiga hari yang lalu.
“ aku juga tidak tau, dia juga nggak ikut
latihan, aku hubungin juga nggak aktif..
nanti aku rencana mau ke rumahnya. Kalian mau ikut ? “ ucap Luna
menjelaskan semua. Namun, sepertinya tidak ada yang mau.
“ yaudah, aku saja kalo gitu.” Cetus Luna
sambil menenteng tasnya dan pergi dari sana,
Luna
menekan tombol bel didepan pintu gerbang rumah Sinta. Beberapa kali
ditekan,namun tidak ada jawaban atau orang yang membuka gerbangnya. Ia tekan
lagi belnya, akhirnya ada juga yang membukakan pintu.
“ selamat siang Bi.. “
“ iya, cari siapa ya ? “
“ saya temennya Sinta, sinta di rumah Bi ? “
“ Non Sintanya lagi tidak di rumah, maaf ya..
“
“ lalu dimana dia sekarang ya ? “
“ emm.. dia sedang di rumah sakit. “
“ rumah sakit ? “
“ iya, nona belum tau kalo Non Sinta sakit ya
? “
“ sakit ? sakit apa Bi ? “
“ itu.. lebih baik Nona ke rumah sakit saja,
ketemu langsung biar jelas, maaf Non “
Aneh rasanya. Segera
Luna pergi ke rumah sakit, untuk mengetahui sakit apa Sinta itu. Ia bertanya
kepada perawat yang jaga di lobi. “ lantai dua, kamar nomor 65 “ kata perawat
itu ramah. Segera ia menaiki liff ke lantai dua dan mencari kamar nomor 65.
Luna berjalan menyelusuri ruangan itu, tengok sana tengok sini, melihat nomor
kamar dan nama pasien. Tidak disangka, ia malah bertemu dengan ibunya, segera
ia menyapa ibu Sinta. Dan bertanya Sinta sakit apa hingga harus dirumah sakit,
awalnya, ibunya enggan menjawab,namun pasti cepat atau lambat Luna akan tau.
Saat diberitau sakit apa, Luna seperti menjadi patung, matanya membulat dengan bibir
yang sedikit menganga. Matanya mulai berkaca-kaca hingga akhirnya air matanya
menetes. Ia menginggalkan bangunan lantai dua menjauh dari sana meninggalkan
ibunya Sinta disana.
Telvon berdering dari
saku Leon, ia mengabil telvonya yang berderig untuk dijawab. Ia mendengar suara
sesakkan nafas berserta tangisan yang ditahan.
“ Luna ? “ tanya Leon yang memastikan.
“ Leon.. Sinta ... sakit ... “ ucap Luna
terbata-bata.
“ iya .. dia sakit apa ? ada apa denganmu ? “
“ dia sakit jantung ... kata ibunya, hidupnya
tidak lama lagi.. “
Leon juga terdiam. Ia segera memberitau yang
lain, Adam dan Ryo. Bahkan mereka juga terdiam tak percaya. Segera mereka bertiga
menuju rumah sakit itu. Sampai disana, ia bertemu Luna dan segera ke lantai dua
kamar 65 untuk bertemu gadis sakit itu. Ia tertidur. Bahkan saat tertidurpun,
mukanya sangat pucat dengan bibir yang kering. Terdiam melihat temannya
terbaring tak berdaya sakit di tempat tidur.
Ibunya
memanggil nama Sinta, agar ia bangun karena teman-temannya datang. Namun tidak
ada respon. Ibu itu memanggilnya lagi, tetap tidak ada respon. Ibunya semakin
panik, ia memanggil dokter untuk ke ruangan. Leon mendekat dan mengecek nadi di
tangannya. Tidak berdenyut. Tidak ada nafas dari hidungnya. Luna menutup
mulutnya, air matanya bertambah banyak, dan akhirnya Luna meninggalkan ruangan
itu. Ketiga laki-laki itu meneteskan air mata walaupun hanya beberapa.
Orang-orang berbaju putih tergesa-gesa mengelilingi gadis itu hingga tak
terlihat. Ibunya menangis dipelukan suaminya.
Tiga
hari lagi acara dikampus dimulai. Mereka masih terpuruk akan Sinta yang telah
meninggalkan mereka disini. Apa yang harus dilakukan sekarang ?. terdengar
bunyi handphone dari tas milik Ryo. Ryo mengmbil handphonenya dari selipan
selipan diantara buku-bukunya. Nomor baru ?.
Ryo
memasuki cafe tempat biasa berkumpul, disana sudah ada ibunya Sinta. Segersa ia
menghampiri beliau.
“ selamat siang Tante ? “ sapa Ryo kepada
wanita tua itu yang baru kehilangan putri kesayangannya.
“ ini, tante hanya mau memberikan ini
kepadamu, sepertinya.. Sinta meninggalkan surat ini kepadamu. “ ucap wanita itu
sambil menyerahka sepucuk surat yang beramplop biru muda.
“ kalo gitu, tante pulang dulu. Ada hal lain
yag harus tante lakukan. “
“ iya tante .. hati-hati .. “
Ryo
membuka amplop biru muda tersebut, ingin tau apa isi surat dari gadis itu.
Tulisannya tidak terlalu rapi seperti biasanya, mungkin waktu dia menulis surat
ini dia sudah dirumah sakit. Air matanya menetes sembari membaca surat itu.
‘ untuk
Kak Ryo,
Hay Kak.. apa kabar ? baik bukan ?
aku baik-baik saja Kak.. Kakak tidak usah khawatir tentangku.. aku sudah
bahagia.. maaf aku berbohong waktu itu, waktu Kakak mengatakan bahwa Kakak
menyukainku.. saat itu sampai sekarang aku masih menyukai Kakak. Aku terpaksa
berbohong.. karena sakitku ini.. dokter sudah memberitahuku bahwa hidupku tidak
akan lama lagi di dunia ini. Setelah Kakak pergi mengantarkanku waktu itu...
aku menyesal mengatakan bahwa aku tidak menyukai Kakak lagi.. maaf Kak .... Semua
itu sudah cukup bagilku untuk tau bahwa Kakak menyukaiku, itu sudah dari cukup untuk
menebus satu tahun lamanya.
Karena aku tidak bisa main piano
lagi.. tolong suruh Kak Adam untuk menggantikanku.. dan teruslah bernyanyi Kak
Ryo.. saat Kakak dan lainnya memaikan lagu.. pasti aku akan mendengarnya...
Jika ada kehidupan berikutnya
untukku, aku ingin bertemu dengan Kak Ryo dan mencintaimu lagi Kak... aku akan
menunggu sampai waktunya tiba ... aku juga akan menjaga kesehatanku agar tidak
sakit... sampai bertemu dikehidupan berikutnya Kak...
Dari
Sinta ’
Akhirnya
waktunya We Band yang menampilkan permainan musik mereka. Semua sudah bersiap.
Luna sebagai drumer, Leon sebagai gitaris,Adam sebagai pianis dan Ryo sebagai
vokalis.
“ Sinta,
lihatlah kami.. kami ada dipanggung yang besar ini. Lihatlah para penggemar
kami.. kau lihat bukan ? kau bahagia ?.. permitaanmu telah dilakukannya, Adam
sudah mau ikut dalam band kita dan aku akan terus bernyanyi. Aku akan selalu
bernyanyi untukmu.. jika aku juga terlahir kembali, aku ingin terlahir pada masa
saat kau juga terlahir kembali. Saat aku bertemu denganmu nanti, aku akan
segera menyatakan perasaanku padamu saat itu juga, aku tidak akan mengulang
masa kehidupanku yang dulu. .. aku akan menunggu sampai hari itu tiba... sampai
jumpa lagi Sinta. “ ujar Ryo dalam hati yang akan melakukan konser We Band
pada malam yang bertaburan bintang serta bulan yang bercahaya terang.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar