Jumat, 31 Juli 2015

Sampai Jumpa



Sampai Jumpa
            Denting piano mulai terdengar yang alunannya menenangan, pukulan drum yang disusul iringan gitar semakin menghidupkan suasana, Nyanyian seorang laki-laki muda yang berada di depan mikrofon hitam melengkapi personil dalam grup musik itu. Musik yang mereka mainkan begitu keren didalam studio musik yang setiap dindingnya dilapisi oleh gypsum dan busa yang kedap suara. Tentu ditambah suara laki-laki itu semakin menghidupkan iringan musik itu dengan lantunan lagu yang dibawakan.
            Musik dan nyanyian telah terhenti, terlihat wajah mereka yang lumayan letih akan lagu-lagu yang mereka mainkan sedari tadi. Terdengar suara tepuk tangan seseorang yang demikian kerasnya hingga mereka menoleh ke sumber suara. “ katamu kau tidak mau kesini ! “ ujar Leon yang masih memegang gitar kesayangannya.
“ iya Kak, katanya nggak mau kesini, lalu kenapa kesini ? “ tambah Luna yang duduk di bangku kecil dibalik drum selagi masih menggenggam stick. Laki-laki yang baru saja datang itu hanya menunjukkan senyumnya saat mendengar komentar komentar dari mereka. “ maaf guys .. acara keluargaku tadi gak jadi, so rencana aku segera datang kesini and pengen dengarin kalian ngeband lagi. “ kata Adam yang juga menunjukkan ulasan senyumnya.
“ daripada ndengerin lebih baik juga ikutan Kak. “ ajak Sinta kepada seniornya itu.
“ maaf ya dek, lain kali .. “ ujar santai Adam.
“ dari dulu lain kali.. “ gumam Sinta.
            Personil band itu segera duduk di sofa merah merah marun berbentuk setengah melingkar sekaligus terheran dengan berbagai makanan dan minuman yang tersedia diatas meja kaca..“ apa ini ? “ tanya Leon yang memandang cemilan yang menumpuk dimeja.
“ emm.. anggap aja sebagai permintaan maafku. “ kata Adam yang menaikkan salah satu alis tebalnya. Terdengar suara tutup botol yang baru terbuka, gadis itu memberikan minuman itu pada laki-laki yang sedari tadi menyanyi tanpa henti. Pasti tenggorokannya kering, pikir Sinta peduli terhadap Ryo. “ apa yang kau lakukan ? “ tanya Adam yang sambil mengacungkan jari telunjuknya kearah botol minuman yang akan diberikan kepada Ryo. “ Kakak tidak lihat ? bukankah kakak sendiri yang bilang semua ini sebagai permintaan maaf kakak tentu saja harus diminum kan ? “ ujar Sinta yang sambil duduk di sofa. Adam membungkam mulutnya, benar juga apa yang dikatakannya, pikir Adam. Mereka membuka cemilan dan meminum minuman kaleng dan minuman botol. Canda tawa juga mereka lakukan..
“ jari-jarimu tidak pegal Sin dari tadi memainkan piano itu ? “ tanya Adam yang tiba-tiba saja memegang tangan Sinta.
“ enggak lah Kak .. udah biasa lagi. “ jawab gadis itu sambil menarik tangannya dari tangan Adam dan tersenyum.
“ ada yang modus .. “ ejek Luna yang mengetahui kelakuan laki-laki itu.
“ hati-hati Sin....  jaga jarak sama kak Adam lho. “ tambah Leon mengejek. Mereka tertawa kembali. Laki-laki yang duduk ditepi sofa hanya terdiam memperhatikan teman-temannya mengobrol soal modus modus apalah itu.
            Hari semakin sore. Sang surya yang semakin tenggelam dan langit yang semakin gelap. Luna menyarankan untuk segera pulang dari studio milik Leon. Mereka menuruni tangga rumah Leon.
“ tante kita pulang dulu ! “ kata Luna yang menampilkan senyum jelitanya.
“ iya ! besok dateng lagi ya ! “ jawab ibunya Leon dengan senang hati memperbolehkan kawan-kawan anaknya datang kapanpun. Luna membuka pintu mobil belakang warna hitam mengkilat dan segera menduduki bangku yang tersedia. Sedangkan Ryo sudah bersiap dengan menancap gas mobil, tinggal menunggu gadis yang masih diluar sana. Kenapa gadis itu belum masuk-masuk juga. Ternyata, Sinta masih mengobrol dengan Adam, pikir Ryo. Lagi-lagi mereka.
“ hey Sinta ! kau tidak mau pulang ? “ teriak Luna yang menunggu Sinta agar segera masuk kemobil.
“ see you Kak ! “ sapa Sinta kepada Adam yang segera berlari menuju bangku depan mobil Ryo, Adam hanya tersenyum lembut melhat gadis itu memasuki mobil Ryo.
            Mobil hitam itu berhenti di depan sebuah rumah yang berornamen kayu yang mengkilat tanpa noda ataupun hewan-hewan yang bersarang.
“ see you tomorrow guys ! “ ucap Luna sambil keluar dan membanting pintu mobil pelan. Luna menampilkan wajah cerianya kepada kedua orang itu yang berada didalam mobil, Sinta juga tersenyum dan melambaikan tangannya serta Ryo yang tersenyum sambil membunyikan tombol klakson mobilnya dan segera menancap gas. Hening didalam mobil ini. Sinta memandang toko-toko yang berjejaran dijalan dengan berbagai lampu terang agar menarik pelanggan untuk masuk kedalam, Sinta hanya memandang ke luar jendela kaca mobil, ia tidak mau mengganggu Ryo yang sedang fokus saat mengemudikan mobil dijalan raya. Hening. “ kenapa diam saja ? “ tanya Ryo memecahkan keheningan yang tercipta sedari tadi di dalam mobil.
“ iya Kak ? “ tanya gadis itu yang sepertinya sedang tidak fokus. Ryo mengulang kembali pertanyaannya dengan lebih memperjelas suaranya.
“ emm.. aku tidak mau mengganggu kakak yang lagi fokus ke jalanan. “ jawab Sinta yang menunjukkan senyum tipisnya kepada laki-laki yang sedang mengemudikan mobil. Suasana kembali sunyi, Ryo tau apa maksud gadis itu yaitu agar dirinya fokus saat mengemudi dan selamat sampai tujuan.
            Akhirnya, mobil itu berhenti disebuah rumah lagi, rumah yang cukup besar dengan gerbang besi hitam yang membentengi rumah tersebut. Pintu mobil terbuka, Sinta turun dari mobil Ryo sambil menenteng tasnya yang berwarna coklat.
“ thanks ya Kak, sampai jumpa besok. “ ucap Sinta yang dengan mudahnya menampilkan senyumnya kepada laki-laki itu yang sedang duduk di bangku pengemudi. Setelah Ryo melajukan mobil dan menghilang di tikungan sana, Sinta segera memasuki rumahnya. Sinta menuju ruang dapur untuk mengambil obatnya yang ada dilemari. Ia teguk dua kapsul diikuti segelas air putih.
“ kamu baru pulang Sin ? “ tanya ibunya yang menampilkan wajah yang sedikit gelisah. Gadis itu meminta maaf kepada ibunya yang khawatir kepadanya karena pulang terlambat.
“ kamu terlihat lelah, kenapa masih saja bermain band dengan mereka ? “ tanya ibunya lagi.
“ hanya itu kegiatan yang bisa kulakukan Bu, biarkan aku berada di band itu, kumohon Bu.. “ pinta Sinta kepada ibunya yang semakin khawatir. Ibunya hanya menghela nafas dan mengalah akan putrinya yang tercinta. Walaupun Sinta juga tau bagaimana khawatirnya ibunya kepada dirinya, namun ia ingin bermain musik.
            Akhirnya dosen musik itu mengatakan salam penutup untuk kelas hari ini. Sinta sudah tidak sabar bertemu dia di cafe kampus. Ia segera menuju ke tempat itu, sampai disana ia melihat Adam yang sedang tengah bersantai meneguk jus melonnya. Gadis itu menyapanya dengan riang. Adam terkejut dengan kedatangan gadis itu namun tetap menampilkan senyuman wibawanya.
“ Kak Adam lagi nggak ada kelas atau.. jangan-jangan bolos ? “ tanya Sinta sambil mencoba bercanda dengan seniornya itu. Laki-laki yang berada didepannya hanya tertawa mendengar pertanyaan gadis itu, mana mungkin Adam meninggalkan pembelajarannya, rasanya tidak mungkin.
“nggak lah. udah selesai .. emang aku anak muda yang suka bolos kelas apa ? “ gurau balik Adam. Sekarang gantian Sinta yang tertawa dan menjawab ucapan laki-laki itu “ anak muda ? masih mudaan aku lah Kak ! “. Ryo melihat kedua manusia itu tertawa bersama. Apakah gadis itu menyadari kedatangannya ?, pikir Ryo. Sinta melihat laki-laki diambang pintu cafe, serentak ia melambaikan tangannya tinggi-tinggi dan mengatakan bahwa dirinya berada disana. Ternyata ia menyadarinya. Pikir lagi laki-laki itu. Bersamaan dengan itu, Adam menengok ke arah pintu cafe, siapa yang disapa oleh gadis itu, ternyata Ryo, pikir Adam.
“ kau kesini untuk bertemu Ryo ? “ tanya Adam.
“ iya, kenapa Kak ? “ jawab santai gadis itu.
“ mau ngomongin apa memangnya ? “ tanya lagi Adam yang penasaran. Tiba-tiba Ryo sudah berada didekat mereka dan langsung bertanya kepada gadis itu “ jadi nggak ? “.
“ iyalah Kak ! “ jawab tegas Sinta.
“ jadi apa ? kalian mau ngapain ? “ tanya laki-laki itu yang menambah penasarannya akan mereka berdua. Tidak Sinta ataupun Ryo untuk merespon pertanyaan laki-laki yang sepertinya sudah setelah mati penasaran. “ duluan ya Kak, sampai jumpa ! “ seru Sinta yang bangun dan meninggalkan meja itu bersama Ryo,menjauh dari sana dan melewati pintu berbahan kaca tebal nan bening. Adam masih memandang mereka dari tempatnya. Ia semakin penasan dengan hal ini. Ia segera berlari ke mobilnya dan mengikuti mobil yang mereka tumpang.
            Setelah beberapa saat mengemudikan mobil ditengah tengah padatnya jalan, mobil hitam itu akhirnya berhenti disebelah bangunan yang cukup besar. Ryo dan Sinta beranjak keluar dari mobil, orang itu masih mengawasi mereka berdua. Bioskop ?, tanya Adam dalam hati yang menambah kecurigaannya terhadap mereka. Ia mendesah. Kecewa. Tidak ingin berlama-lama ditempat itu, ia segera putar balik dan meninggalkan parkiran bioskop itu.
            Esoknya, We band berkumpul di tempat biasa, yaitu di studionya Leon ditambah dengan satu orang lagi, yaitu Adam. Dia itu apa sih hubungannya dengan band mreka ? kenapa sering sekali bersama mereka ?.
“ kalian berdua ! kemarin mau kemana ha ? “ tanya Adam yang berpura-pura tidak tau kemana mereka pergi, padahal.. ia sudah tau.
“ iya itu, kemarin diajak ngeband nggak bisa, kenapa ? “ ujar Leon menegasnya lagi.
“ kemarin aku sama Ryo ada acara penting. “ jawab Sinta yang tidak ingin melanjutkan penjelasan lebih rinci lagi.
“ mungkinkah... kalian ada hal yang kita ketahui ? “ Luna curiga dengan kedua orang itu yang sedang duduk berjejeran.
“ apa maksudmu ? “
“ ya.. seperti hubungan khusus. “ ucap Luna tambah curiga. Suasana hening tercipta setelah Luna mengucapkannya. Hingga Sinta yang berbicara dan memecahan suasana hening yang aneh ini. Sepertinya ada kesalahpahaman di sini.
“ kalian salah mengerti, bukan hubungan khusus ataupun semacam itu. Kalian salah. “ ujar Sinta yang membantah pernyataan aneh itu.
“ kemarin temen-temen kelas SMU ku dulu mengajakku buat nonton film dan makan bareng di restoran plus jalan-jalan bereng. “ jelas Ryo yang meluruskan kesalahpahaman ini.
“ tapi kenapa Sinta ikut ? kan kalian beda kelas. “ tanya Luna yang masih curiga walaupun sudah diberitahu acara kemarin.
“ ouh ya.. kalian belum tau belumtau ya ?  saat SMU aku sering bergaul dan maen bareng sama senior apalagi sama grupnya Kak Ryo, sering banget. “ tambah Sinta yang menjelaskan masalah ini.
“ nah, kemarin aku juga disuruh ajak Sinta sekalian, ya udah aku ajaklah, gitu ! kalian jangan berfikiran aneh aneh dulu. “ tambah lagi laki-laki itu dengan santai karena memang tak ada hubungan khusus diantara mereka berdua. Mendengar penjelasan kedua orang itu, semua yang mendengar menjadi lega kembali,apalagi laki-laki yang berada di kursi kayu yang duduk dengan wajah masam sedari tadi,namun setelah mendengar hal tadi, ia bagaikan bangkit dari kubur. Semangatnya membara lagi.
            Ini hari yang penting bagi We Band, karena hari ini ada audisi grup band yang terakhir untuk tampil di acara yang akan diadakan oleh kampus satu bulan lagi. Jadi, setelah kelas mereka selesai, mereka segera menuju ke ruang audisi yang berada diruangan musik di lantai tiga. Lantai tiga ? harus berlari keatas ? stamina pasti makin berkurang.
            Seperti biasanya, mereka sangat luar biasa saat tampil dan inilah kesempatan mereka untuk membuktikan kepada dunia. Informasi selanjutnya untuk hasil audisi akan diberitahukan dua hari kemudiam.
            Pengumuman soal hasil audisi  kemarin akhirnya keluar. Seorang juri kemarin menempelkan selembar kertas di papan pengumuman. Sejenak setelah dosen itu menjauh, tempat itu dirubung para pelajar. Begitu juga Leon dan Sinta yang kebetulan lewat dan melihat gerumbulan orang di depan papan pengumuman. Segera mereka mendekat dan melihat apa yang ada disana. Ternyata hasil audisi musik dua hari yang lalu. Mereka tunjuk satu per satu nama band mereka, berharap nama We Band tercantum dikertas ini. Belum ketemu juga, apa mungkin tidak ada, tidak mungkin.. permainan mereka sungguh indah, pasti ada nama We Band disana.
            Leon dan Sinta segera berlari menuju tempat biasa grupnya bekumpul, yaitu di taman. Taman yang penuh tanaman hijau dimana-mana. Oksigen yang berlimpah, udara yang sejuk tanpa polusi, nyaman luar biasa. Tiba-tiba suara teriakan keras terdengar dari jauh, Leon seperti kerasukan. Berlari tidak  jelas menuju ketiga orang itu yang terlihat bingung akan tingkah laku laki-laki itu sedangkan gadis yang berada dibelakangnya hanya berjalan cepat menunjukkan senyum lebarnya.
“ Kak, kita berhasil ! “ teriak Leon.
“ berhasil apa ? “ tanya Luna yang heran.
“ kita berhasil dalam audisi kemarin ! We Band berhasil ! “ tambah Sinta yang memperjelas kembali. Senyuman mereka mengembang semua, berpelukan bersama sambil berteriak di keramaian kampus, Sepeti orang gila yang berhasil kabur dari rumah sakit jiwa.
            18 hari lagi. Hari semakin malam. Mereka berpamitan dari rumah Leon. Kali ini, Ryo tidak bisa mengantar para gadis itu karena ia punya rencana bersama keluarganya malam ini, jadi Adamlah yang mengantarkan mereka. Setelah mengantar Luna sampai di rumahnya tinggal Sinta yang belum sampai. Memang rumahnya cukup jauh dari kampus. Seperti biasa, gadis itu tidak ingin mengganggu orang yang sedang mengemudi mobil, jadi ia hanya diam mematung melihat jalanan kota yang ramai dan dipenuhi dengan cahaya-cahaya lampu. Hingga ia sampai di depan rumahnya sendiri. Sinta ingin beranjak keluar dari mobil, namun Adam menahan sejenak. “ ada apa Kak ? “ tanya Sinta yang ingin tau kenapa laki-laki ini menghentikannya untuk keluar dari mobilnya.
“ aku mau bertanya sesuatu kepadamu. “ ujar Adam yang wajahnya penuh dengan pengharapan dan keseriusan.
“ bertanya apa ? “ Sinta yang semakin cepat berdetak jantungnya. Adam pandang lekat lekat gadis yang berada di depannya dan masih duduk di bangku itu, sebelum gadis itu keluar ia segera mengucapkannya “ aku.. sudah lama menyukaimu Sinta, maukah.. kau menjadi kekasihku ? apakah perasaanmu juga sama halnya  denganku ? “. Sinta melebarkan matanya dan menganggap hal itu lelucon belaka, namun sepertinya ini benar benar serius. Ia menarik nafas dalam dalam hingga tidak ada yang bisa dihirup kemudian ia hembuskan perlahan untuk menjawab pertanyaan Kak Adam.
“ Kak Adam.. aku tidak bisa Kak .. maaf.. aku benar-benar tidak bisa.. “ jawab singkat gadis itu yang membuat Adam kaku ditempat seakan otot ototnya mengejang, dia hanya bisa membisu ditempat.
“ Kak ? “ tanya Sinta yang melihat laki-laki itu seperti syok dengan yang ia baru saja katakan walaupun memang sepertinya kata-katanya tadi sempat perih dirasakan oleh Adam, namun itulah kenyataannya, ia tidak bisa menerima cinta laki-laki ini.
“ ouh.. gitu.. ya nggak apa-apa kok ..” jawab Adam santai walaupun sebenarnya tidak sesantai itu.
“ maaf Kak.. “ ucap Sinta yang segera keluar dari suasana tidak nyaman ini. Ia melambaikan tangannya kearah laki-laki itu dengan ulasan senyumnya. “ sampai jumpa besok Kak. “ ucap gadis itu yang seakan dia telah lupa dengan apa yang barusan terjadi. Kecewa lagi si Adam ini. Ia tersenyum tipis dan segera melajukan mobilnya, sangat bodoh sekali ia mengatakan hal itu tadi, pikirnya.
            Sinta benar-benar merasa bersalah atas apa yang ia katakan tadi kepada Adam. Ia memasuki rumahnya dan disambut oleh ibu tercintanya. Wajah ibunya lagi lagi menampilkan rasa kekhawatiran “ baru pulang ? “
“ maaf Bu, aku terlambat pulang. “ sesal Sinta yang membuat ibunya menunggunya hingga malam begini sambil menaiki tangga, namun ia menghentikannya saat ibunya berucap kembali “ bisakah kau berhenti untuk bermain musik di band itu ? kamu harus banyak istirahat nak.. ibu tidak ingin terjadi sesuatu padamu. “. Namun Sinta tidak merespon dan melanjutkan menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Lagi-lagi langkahya terhenti oleh suara ibunya “ ibu tidak ingin segera kehilanganmu nak. “ kali ini benar-benar harus direspon oleh Sinta,pikirnya. “ ibu tidak akan kehilanganku ! dan jangan membuat topik pembicaraan seperti ini lagi Bu. Sinta tidak suka pembicaraan seperti ini. “ cetus Sinta yang melanjutkan langkahnya. Ibunya hanya bisa melihat punggung anaknya yang sedang menaiki tangga.
            Ryo berada di ruangan itu sendirian hingga datanglah Adam yang menggendong ransel hitamnya di punggungnya. Dengan hangat ia menyapa Ryo yang sedang duduk menghadap laptopnya.
“ sekarang kau tak perlu khawatir lagi. “ ucap Adam tiba-tiba kepada Ryo yang berada disampingnya. Ryo tak mengerti apa yang diucap laki-laki yang berda disebelahnya.
“ kemarin aku nyatain cintaku ke Sinta. “ ujar lagi Adam. Ryo mulai tersentak mendengar kata-kata itu, namun ia tetap fokus pada laptopnya agar tidak terlihat kaget mendengarnya.
“ tapi.. ia menolakku. Jadi kau aman, kau masih punya kesempatan. “ tambah Adam.
“ apa maksudmu ? “
“ kau tidak perlu berpura-pura lagi.. sudah jelas dari matamu bahwa kau juga menyukai sinta. Iyakan ? “ kata Adam yang menduga-duga. Namun, Ryo mengelak ujaran si Adam itu dan bersikap masa bodoh dengan semua ini.
“ jika kau memang suka dengannya.. kau harus bergegas sebelum ada yang lain. Kau mengerti Ryo ... sampai jumpa ! “ ucap Adam. Dia itu bicara apa ? anggap saja angin lewat. Pikir Ryo dalam hati sambil mengelengkan kepalanya.
14 hari lagi acara akan dilaksanakan. Semakin tidak sabar dan semakin berdebar-debar yang dirasakan. mereka terus berlatih hingga harus benar-benar sangat bagus. “ kenapa Adam nggak datang ? “ heran Luna yang mencari-cari sosok laki-laki itu di ruangan kedap suara ini.
“ entahlah, mungkin dia ada acara mendadak dengan keluarganya.” Jawab Leon yang sedang mengecek senar-senar gitarnya satu persatu.
“ udah pukul lima sore nih, pulang yuk ! keburu malam  ! “ ajak gadis itu yang memang dari dulu yang selalu kapan harus pulang,yaitu gadis yang memegang drum, Luna.
            Ryo menginjak pedal gas mobil, ia melajukan mobil sangat profesional, nggak kalah profesionalnya dengam pembalap-pembalap yang bisanya berlomba di lintasan mereka. Laki-laki itu sering sekali mengantarkan Luna Dan Sinta kembali ke rumah mereka tanpa kekurangan apapun. Terdengar suara nada pesan dari handphone Sinta ‘ sayang, ibu dan ayah pergi sebentar ke acara pernikahannya teman ibu. Ingat jangan pulang malem-malem dan jangan lupa obatnya diminum.Sampai nanti ‘.  “ siapa Sin ? “ tanya Ryo yang berada dibangku pengemudi.
“dari ibu.” Jawab singakat Sinta yang juga memasukkan handphone-nya ke dalam tas kembali. Sesampai di depan rumah Sinta, ia turun dari mobil Ryo. Tetapi kenapa Ryo juga turun dari mobil ? tidak seperti biiasanya. Namun Sinta hanya diam melihat Ryo turun dari mobil dan menghampiri Sinta dengan santainya.
“ kenapa turun Kak ? “ tanya Sinta. Laki-laki itu terlihat santai namun  juga bisa terlihat gugup seprti saat kak Adam waktu itu...
“ aku menyukaimu Sinta, bagaimana menurutmu ? “ ujar Ryo dengan cepat. Sinta berdiri diam mematung mendengar hal itu, seakan ada yang menggerogoti tubuhnya. “ Sin ? “ kata laki-laki itu yang membuat sadar gadis itu.
“ emmm.. gimana ya Kak.. “
“ kau menolakku ? begitukah ? “
“ maaf Kak.... sepertinya memang begitu...”
“ bukankah dulu kau pernah bilang kau menyukaiku ? “
“ itu dulu Kak, sudah satu tahun yang lalu, mungkin bersamaan dengan berjalannya waktu rasa sukaku pada Kak Ryo telah memudar..  maaf Kak .. “
“ begitu ya.... maaf ya Sinta.... jika aku terlambat satu tahun untuk hal ini Sin ....   kalau gitu, aku pulang dulu. “ kata Ryo yang menyesal bercampur kecewa pada malam ini. Ia melajukan mobilnya kedepan, meninggalkan gadis itu disana.
            “ hey Lun.. kok akhir-akhir ini aku nggak liat Sinta ya ? kemana dia ? “ tanya Adam yang memang ia belum pernah melihatnya lagi setelah tiga hari yang lalu.
“ aku juga tidak tau, dia juga nggak ikut latihan, aku hubungin juga nggak aktif..  nanti aku rencana mau ke rumahnya. Kalian mau ikut ? “ ucap Luna menjelaskan semua. Namun, sepertinya tidak ada yang mau.
“ yaudah, aku saja kalo gitu.” Cetus Luna sambil menenteng tasnya dan pergi dari sana,
            Luna menekan tombol bel didepan pintu gerbang rumah Sinta. Beberapa kali ditekan,namun tidak ada jawaban atau orang yang membuka gerbangnya. Ia tekan lagi belnya, akhirnya ada juga yang membukakan pintu.
“ selamat siang Bi.. “
“ iya, cari siapa ya ? “
“ saya temennya Sinta, sinta di rumah Bi ? “
“ Non Sintanya lagi tidak di rumah, maaf ya.. “
“ lalu dimana dia sekarang ya ? “
“ emm.. dia sedang di rumah sakit. “
“ rumah sakit ? “
“ iya, nona belum tau kalo Non Sinta sakit ya ? “
“ sakit ? sakit apa Bi ? “
“ itu.. lebih baik Nona ke rumah sakit saja, ketemu langsung biar jelas, maaf Non “
Aneh rasanya. Segera Luna pergi ke rumah sakit, untuk mengetahui sakit apa Sinta itu. Ia bertanya kepada perawat yang jaga di lobi. “ lantai dua, kamar nomor 65 “ kata perawat itu ramah. Segera ia menaiki liff ke lantai dua dan mencari kamar nomor 65. Luna berjalan menyelusuri ruangan itu, tengok sana tengok sini, melihat nomor kamar dan nama pasien. Tidak disangka, ia malah bertemu dengan ibunya, segera ia menyapa ibu Sinta. Dan bertanya Sinta sakit apa hingga harus dirumah sakit, awalnya, ibunya enggan menjawab,namun pasti cepat atau lambat Luna akan tau. Saat diberitau sakit apa, Luna seperti menjadi patung, matanya membulat dengan bibir yang sedikit menganga. Matanya mulai berkaca-kaca hingga akhirnya air matanya menetes. Ia menginggalkan bangunan lantai dua menjauh dari sana meninggalkan ibunya Sinta disana.
Telvon berdering dari saku Leon, ia mengabil telvonya yang berderig untuk dijawab. Ia mendengar suara sesakkan nafas berserta tangisan yang ditahan.
“ Luna ? “ tanya Leon yang memastikan.
“ Leon.. Sinta ... sakit ... “ ucap Luna terbata-bata.
“ iya .. dia sakit apa ? ada apa denganmu ? “
“ dia sakit jantung ... kata ibunya, hidupnya tidak lama lagi.. “
Leon juga terdiam. Ia segera memberitau yang lain, Adam dan Ryo. Bahkan mereka juga terdiam tak percaya. Segera mereka bertiga menuju rumah sakit itu. Sampai disana, ia bertemu Luna dan segera ke lantai dua kamar 65 untuk bertemu gadis sakit itu. Ia tertidur. Bahkan saat tertidurpun, mukanya sangat pucat dengan bibir yang kering. Terdiam melihat temannya terbaring tak berdaya sakit di tempat tidur.
            Ibunya memanggil nama Sinta, agar ia bangun karena teman-temannya datang. Namun tidak ada respon. Ibu itu memanggilnya lagi, tetap tidak ada respon. Ibunya semakin panik, ia memanggil dokter untuk ke ruangan. Leon mendekat dan mengecek nadi di tangannya. Tidak berdenyut. Tidak ada nafas dari hidungnya. Luna menutup mulutnya, air matanya bertambah banyak, dan akhirnya Luna meninggalkan ruangan itu. Ketiga laki-laki itu meneteskan air mata walaupun hanya beberapa. Orang-orang berbaju putih tergesa-gesa mengelilingi gadis itu hingga tak terlihat. Ibunya menangis dipelukan suaminya.
            Tiga hari lagi acara dikampus dimulai. Mereka masih terpuruk akan Sinta yang telah meninggalkan mereka disini. Apa yang harus dilakukan sekarang ?. terdengar bunyi handphone dari tas milik Ryo. Ryo mengmbil handphonenya dari selipan selipan diantara buku-bukunya. Nomor baru ?.
            Ryo memasuki cafe tempat biasa berkumpul, disana sudah ada ibunya Sinta. Segersa ia menghampiri beliau.
“ selamat siang Tante ? “ sapa Ryo kepada wanita tua itu yang baru kehilangan putri kesayangannya.
“ ini, tante hanya mau memberikan ini kepadamu, sepertinya.. Sinta meninggalkan surat ini kepadamu. “ ucap wanita itu sambil menyerahka sepucuk surat yang beramplop biru muda.
“ kalo gitu, tante pulang dulu. Ada hal lain yag harus tante lakukan. “
“ iya tante .. hati-hati .. “
            Ryo membuka amplop biru muda tersebut, ingin tau apa isi surat dari gadis itu. Tulisannya tidak terlalu rapi seperti biasanya, mungkin waktu dia menulis surat ini dia sudah dirumah sakit. Air matanya menetes sembari membaca surat itu.
untuk Kak Ryo,
            Hay Kak.. apa kabar ? baik bukan ? aku baik-baik saja Kak.. Kakak tidak usah khawatir tentangku.. aku sudah bahagia.. maaf aku berbohong waktu itu, waktu Kakak mengatakan bahwa Kakak menyukainku.. saat itu sampai sekarang aku masih menyukai Kakak. Aku terpaksa berbohong.. karena sakitku ini.. dokter sudah memberitahuku bahwa hidupku tidak akan lama lagi di dunia ini. Setelah Kakak pergi mengantarkanku waktu itu... aku menyesal mengatakan bahwa aku tidak menyukai Kakak lagi.. maaf Kak .... Semua itu sudah cukup bagilku untuk tau bahwa Kakak menyukaiku, itu sudah dari cukup untuk menebus satu tahun lamanya.
            Karena aku tidak bisa main piano lagi.. tolong suruh Kak Adam untuk menggantikanku.. dan teruslah bernyanyi Kak Ryo.. saat Kakak dan lainnya memaikan lagu.. pasti aku akan mendengarnya...
            Jika ada kehidupan berikutnya untukku, aku ingin bertemu dengan Kak Ryo dan mencintaimu lagi Kak... aku akan menunggu sampai waktunya tiba ... aku juga akan menjaga kesehatanku agar tidak sakit... sampai bertemu dikehidupan berikutnya Kak...
                                                                                                                        Dari Sinta ’
                                                                       
            Akhirnya waktunya We Band yang menampilkan permainan musik mereka. Semua sudah bersiap. Luna sebagai drumer, Leon sebagai gitaris,Adam sebagai pianis dan Ryo sebagai vokalis.
Sinta, lihatlah kami.. kami ada dipanggung yang besar ini. Lihatlah para penggemar kami.. kau lihat bukan ? kau bahagia ?.. permitaanmu telah dilakukannya, Adam sudah mau ikut dalam band kita dan aku akan terus bernyanyi. Aku akan selalu bernyanyi untukmu.. jika aku juga terlahir kembali, aku ingin terlahir pada masa saat kau juga terlahir kembali. Saat aku bertemu denganmu nanti, aku akan segera menyatakan perasaanku padamu saat itu juga, aku tidak akan mengulang masa kehidupanku yang dulu. .. aku akan menunggu sampai hari itu tiba... sampai jumpa lagi Sinta. “ ujar Ryo dalam hati yang akan melakukan konser We Band pada malam yang bertaburan bintang serta bulan yang bercahaya terang.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar