Haruskah Aku Pergi ?
Matahari mulai meninggi di ufuk
timur, cahayanya menyinari dunia yang luas, cahayanya berhasil menembus
jendela-jendela kaca yang dilapisi korden berwarna putih bersih di rumah besar
itu. Embun pagi di setiap tanaman, tetesan air dari atap rumah terjauh ke tanah
dan terdapat beberapa kubangan air di jalanan yang tidak terlalu dalam.
Gadis itu masih terbaring dan
terlelap di ranjangnya yang empuk. Wajahnya masih tenang dan damai, hingga dahinya
mengerut akan alarm jam weker yang berbunyi kencang. Ia mencoba meraih jam weker
yang ada di meja kecil dikiri tempat tidur dengan mata yang masih tertutup.
Pukul 05:30, itulah waktu yang ditunjukkan di jam weker
saat gadis itu membuka matanya sipit-sipit. Ia segera bangun dari tempat
tidurnya dan segera ia memasuki kamar mandi. “ Anggun, cepat turun ! sarapan
dulu ! “ teriak seoranag wanita yang ada di ambang pintu belakang yang bersebelahan
dengan ruang makan. Anggun keluar dari kamarnya dengan mengenakan rok lipit
selutut berwarna coklat tua dengan baju putih berdasi yang dilapisi jas
berlengan panjang yang juga berwarna coklat serta ransel berwarna biru yang ada
di punggungnya. Ia memandang halaman belakang yang berada di depan kamarnya,
memang benar kamar gadis itu ada di depan halaman belakang karena sejak umur 7
tahun ia meminta kedua orangtuanya untuk membuatkan kamar khusus untuk dirinya
di depan halaman belakang yang terdapat banyak tanaman-tanaman di halaman itu.
“ nanti pulang jam berapa ? “ tanya sang ayah kepada
Anggun yang duduk di depan meja makan yang penuh dengan mangkuk yang berisi
berbagai makanan.
“
mungkin nanti sore Ayah, karena aku punya jadwal les menari. “ jawab gadis itu
sambil mengambil sayur bayam di mangkuk hijau itu.
“
bagaimana kalau nanti aku menjemputmu ? “ tanya kakaknya yang menawarkan
jemputannya.
“
emmm, tidak perlu kak. Aku tau kakak kesana bukan hanya menjemputku kan ? tapi
mau bertemu dengan guru les menariku kan ? “ tebak Anggun yang mengira-ira.
Wajah kakaknya terlihat malu dan menundukkan kepala melihat makanannya yang
tersaji di piring, sepertinya memang benar laki-laki itu tidak hanya menjemput
adiknya saja namun bertemu dengan seseorang. Keluarga tersebut menikmati
sarapan paginya dengan nikmat. Mereka menuju ke pintu depan rumah, pria tua itu
yang sering dipanggil ayah itu mencium dahi istrinya sambil menenteng tas hitam
di tangan kanannya. Dan berkelanjutan kedua anak mereka yang mencium pipinya
ibunya dengan penuh kasih sayang. Mereka melambaikan tangan dengan senyuman
yang hangat sehangat matahari pagi.
Anggun menerawang jendela kaca mobil
kakaknya. Melihat jalanan dan toko-toko yang ada disana atau mungkin melamunkan
suatu hal. Kakaknya yang sedang mengemudikan mobil sejenak melirik ke arah
adiknya itu. “ hey Anggun, kamu benar-benar tidak mengizinkan aku menjemputmu
nanti ? “ ujar kakaknya yang menyingkirkan suasana sepi didalam mobil itu.
“ kak
Rio benar-benar ingin bertemu dengan Kak Rini ya ? “ ujar Anggun dengan
senyumnya.
“
sudah dua minggu aku tidak melihatnya, aku mohon biarkan aku menjemputmu nanti
kesana.. ya Anggun adikku paling baik dan cantik... “ pinta Kakanya sambil
mengemudi.
“ aku
memang sudah baik dan cantik sejak lahir bahkan sebelum aku lahirpun aku sudah
baik dan cantik Kak.. “ canda gadis itu diteruskan dengn tawanya. Rio yang
mendengar pernyataan itu, wajahnya menjadi terheran. Namun laki-laki itu tidak
bisa menyangkal fakta bahwa adiknya memang baik dan cantik.
“
baiklah Kak.. nanti Kak Rio boleh jemput
aku kesana. “ lanjut gadis itu setelah tertawa. Setelah hampir setengah jam
perjalanan mengantarkan Anggun ke sekolah, kakaknya lekas menancap gas menuju
kantornya.
Sebentar lagi akan diadakan ujian
negara atau ujian nasonal tingkat SMU. Tentu para siswa-siswi kelas tiga harus
lebih giat lagi belajar untuk menghadapi ujian itu, termasuk juga Anggun yang
juga kelas tiga SMU. Anggun meletakkan ranselnya di bangku dan lekas duduk, ia
mengeluarkan buku-buku untuk pelajaran pertama hari ini. Rambutnya yang panjang
bergelombang membuat wajahnya tertutupi sehingga ia mengikat rambutnya
kebelakang.
Seorang laki-laki berpakaian celana
panjang berwarna coklat tua dan kemeja putih berdasi yang dilapisi jas
berlengan panjang yang berwarna coklat, terus saja melihat ke arah gadis itu,
sejenak tapi sering laki-laki itu melirik kearah Anggun. Entah apa yang
dipikirkan laki-laki itu, namun Anggun yang sedari tadi menghadap membaca buku,
tetap mengetahui bahwa laki-laki itu sedang mengawasinya. Dengan cepat, Anggun
menoleh ke arah laki-laki yang ada disebelahnya. Laki-laki itu dengan cepat
pula menoleh ke arah lain, berpura-pura bahwa sedari tadi ia tidak memandang
gadis itu.
“
Adip ? “ panggil Anggun memastikan.
“
iya, ada apa ? “ respon laki-laki itu sambil menoleh ke arah gadis itu. Adip memang
menoleh ke arah Anggun, namun ia tidak sanggup melihat mata gadis itu terlalu
lama. Ia mencoba mengarahkan matanya ke arah lain, namun Anggun tetap memandang
Adip dengan senyumannya.
“
kenapa Anggun ? jangan melihatku seperti itu. “ keluh Adip yang tidak tidak
bisa melihat mata Anggun yang indah dan bulu mata yang lentik.
“
kenapa ?, kau yang mulai dulu. “ cetus Anggun.
“ mulai
dulu ? aku tidak pernah begitu. “ elak Adip yang menyangkal pernyataan dari
Anggun.
“
benarkah ? “ kata Anggun yang lebih mendekatkan wajahnya ke Adip. Laki-laki itu
membelalakan mata. Adip sekarang benar-benar dapat melihat wajah gadis itu
dengan jelas dan dekat, ia bisa melihat matanya yang hitam dengan bulu matanya
yang lentik, hidungnya yang mancung dengan bibirnya yang indah serta wajahnya
yang putih yang dengan hanya melihatnya saja pastilah lembut dan halus saat
disentuh. Adip tidak bisa seperti ini terlalu lama, ia dengan cepat memandang
ke arah lain, menghidari tatapan maut milik Anggun yang bisa membuat dirinya
lebih jatuh hati kepada gadis itu.
“ pagi anak-anak ! “ seru seorang
guru laki-laki yang menenteng beberapa buku di tangannya sambil berjalan menuju
ke meja guru. Anggun segera merubah posisi seperti semula.
“ dua
hari lagi kalian akan melaksanankan ujian nasional, jadi hari ini juga tetap
akan mengerjakan soal-soal latihan !! “ ujar lagi guru itu.
Anggun berjalan perlahan sambil
menggeret jari telunjukya di buku-buku yang berjejer rapi di rak buku
perpustakaan. Hingga ia berhenti dan mengambil sebuah buku yang cukup tebal.
Sehari lagi ujian akan terlaksa, tentu pastinya belajar dan belajar. Buku tebal
itu dibawanya ke sebuah meja dekat rak buku, ia duduk di bangku itu dan segera
membaca buku yang ia pilih. Begitu tekun dan fokus ia membaca buku itu, seakan
ia menghiraukan semua yang ada didunia dan masuk ke dalam buku.
“ hey,
apa yang kamu baca ? “ tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah dibelakang
Anggun. Anggun menoleh dan mengembangkan senyumannya.
“
bukannya belajar buat ujian besok tapi malah baca novel ? “ tambah laki-laki
itu setelah meliat isi buku yang sedang gadis itu pegang. Gadis itu terkejut
karena Adip mengetahui apa yang ia baca, anggun segera menutup buku tebal dan
meletakkannya. Anggun hanya bisa tersenyum dan tertawa lirih karena laki-laki yang
memergokinya bahwa yang sedang ia baca adalah buku novel. Tiba-tiba, Adip
mengambil buku novel itu dari meja. Anggun bingung kenapa laki-laki itu
mengambil buku yang sedang ingin ia baca, laki-laki itu pergi dengan membawa
buku itu.
Anggun membuntuti laki-laki itu ke
arah tempat rak buku “apa yang kamu lakukan ?” tanya Anggun sambil menarik jas
milik Adip dan mencoba merebut kembali buku itu. Terlambat, Adip sudah
mengembalikkan buku itu ke tempat semula. Adip memandang gadis itu, dan mencoba
menatap mata gadis itu. “ aku sedang membaca buku itu. “ ujar Angun mengerutkan
dahinya.
“
bacalah buku yang dapat membantumu untuk mengerjakan soal-soal saat ujian
nanti, kau mengerti ? “ kata Adip yang mencoba memberitahu gadis itu bahwa
bukan waktunya membaca novel dan ia berhasil menatap mata gadis itu. Anggun
mendesah pelan. Tiba-tiba sebuah kecupan datang di bibir Anggun. mata gadis itu
membulat, tidak percaya akan apa yang Adip lakukan di antara rak buku. Anggun
menoleh kekanan dan kekiri, mencaritahu apakah ada yang melihat kejadian itu.
“
kamu sudah tidak waras ya ? “ ujar Anggun lirih.
“ ya,
memang aku sudah tidak waras. Itu karena dirimu Anggun. “ kata Adip dengan
tatapan yang tidak bisa lepas dari Anggun. Gadis itu mulai tersenyum akan
ucapan yang barusan keluar dari bibir laki-laki yang ia cintai.
Suasana hening di SMU itu. Peserta
ujian dengan tenang mengisi kolom yang ada di lebar jawab. Sejenak, Adip
melihat ke arah Anggun yang ada di meja sebelah, ia tersenyum melihat
kekasihnya yang cantik sedang mengisi kolom di kertas itu. Namun, dalam
benaknya ada sesuatu hal yang ia sesali. Kenapa waktu begitu cepat, pastinya
setelah ujian selesai akan sangat jarang dia dan Anggun bertemu. Hanya itu
sesal dalam hati laki-laki itu. Sekarang gantian gadis itu yang memandang
laki-laki itu saat laki-laki yang ia cintai itu sedang membaca soal, wajah
gadis itu terlihat khawatir. Tentang apa ?
Malam sebelum hari ujian, gadis itu
malah mendapatkan sebuah beban yang membuatnya berat hati untuk melakukannya.
“
sayang, ibu sudah memutuskan jika setelah pengumuman kelulusanmu, kamu akan ke
rumah nenekmu di Tokyo. “ ujar sang ibu.
“ apa
? ke rumah nenek ? kenapa ? “
“ ibu
ingin kamu meneruskan belajarmu disana. “
“
kenapa harus disana ? di Indonesia pun aku bisa meneruskan belajarku. “
“
mengertilah ibumu, ibu ingin kamu menjadi sukses disana dan menggantikan
nenekmu untuk memimpin perusahaannya karena dulu ibu tidak bisa menggantikan
nenekmu. “ terang wanita itu kepada anaknya yang tercinta.
“
ayah... menyetujuinya ? “ tanya Anggun yang penuh dengan pengharapan bahwa
ayahnya akan menolak permintaan ibunya.
“
maafkan ayah Anggun, tapi ikuti saja ucapan ibumu. “ ujar ayahnya yang tidak
bisa membantu anaknya. Anggun tidak bisa bertahan dalam keadaan ini, rasanya
air mata yang sudah dibendungnya dari tadi tidak dapat menampung lebih lama
lagi. Ia berlari menuju kamarnya. Ia menghantam tubuhnya ke ranjangnya yang
empuk, air matanya tidak bisa berhenti dalam diamnya. Rasa menyeklit di hati
semakin terasa. Malam ini tentu ia tidak bisa konsen dalam belajarnya untuk
ujian esok paginya.
Anggun masih memandangi laki-laki
itu disana. Entah mengapa rasanya ia tak ingin ke Tokyo, biasanya ia sangat
senang jika diajak ke Jepang untuk beberapa hari, namun setelah kelulusan.... bukan
lagi beberapa hari namun beberapa tahu. Ia melanjutkan mengerjakan soal-soal
ujian karena waktu terus berjalan.
“ hey Anggun, kenapa denganmu hari
ini ?, matamu sembab, kenapa ? “ tanya Adip yang merasa ada yang aneh dari diri
Anggun hari ini karena dari pagi hingga ujian selesai hari ini ia terdiam dan
hanya membaca buku tanpa ekspresi apapun.
“
mataku sembab ? mungkin karena tadi malam aku belajar hingga larut malam, jadi
beginilah mataku. “ jawab Anggun yang berpura-pura santai dihadapan kekasihnya
itu.
“
maaf Adip, aku harus pulang lebih awal. Sampai jumpa besok Adipati Irawan. “
ujarnya lagi sambil melambaikan
tangannya dan segera masuk ke mobil kakaknya yang sudah menunggunya di depan
gerbang sekolah. Anggun bahkan tidak memperhatikan Adip yang sedang melihatnya
walaupun didalam mobil, Anggun melihat lurus kedepan di jalanan.
“ bukankah itu Adipati Irawan yang
sering kamu ceritakan kepadaku ? “ tanya sang kakak yang mencoba menghibur
adiknya yang berada di kursi depan tepat disebelahnya.
“
iya, kakak benar. “ singkat Anggun yang malas bercakap-cakapan dengan siapapun.
“ dia
tampan. “ ujar Rio, namun tidak ada respon lagi dari gadis itu.
“
satu bulan dari sekarang kamu akan ke Jepang, bukankah jika satu bulan lagi
kamu akan kesana.. kamu harus membuat kenangan-kenangan yang indah bersama
orang-orang yang sayangi. Bukan seperti ini. “ terang kakaknya yang mencoba
memberi saran kepada adiknya. Adiknya masih tetap diam memandang penjalan kaki
yang kesana dan kemari di trotoar sana.
“ tetapi
jika aku melakukan itu, aku takut malah akan semakin merindukannya. “ ujar
Anggun yang bermuka datar.
“
rindu ? bukankah itu masalah nanti. Kau tidak menyesal jika pergi tanpa membawa
banyak kenangan indah bersama orang-orang yang kamu sayangi ? “ kata Rio. Gadis
itu terdiam melihat jalanan yang ada
didepannya.
Sampai dirumah ia segera menuju ke
kamarnya. Ia merenungi masalah yang ada padanya. Apa yang harus dilakukan dan
bagaimana caranya.Renung dan merenung, hingga akhirnya ia mengambil beberapa buku
untuk dipelajari.
Esoknya, ia keluar dari kamarnya
seperti biasa. Berpakaian seragam, menggendong ransel dan ceria. Bahkan ia
menyapa keluarganya seperti biasa yang ia lakukan sejak dulu. Ibu dan ayahnya
bingung dengan sikapnya hari ini, karena kemarin ia begitu murung namun hari
ini ia begitu ceria. Sedangkan kakaknya yang menyaksikan sikap adiknya dari
anak tangga, ia paham dengan sikap adiknya dan tersenyum lega.
“
pagi ! “ seru Rio sambil berjalan ke arah meja makan. Keluarga itu seperti
semula kembali, ceria dan bahagia. Kakak adik itu berada didalam mobil, Rio
mengembangkan senyumnya pagi ini. Anggun melambaikan tangannya ke arah ibunya
yang berada diambang pintu rumah dengan senyumannya.
“
jadi apa keputusanmu ? “ tanya Rio yang memulai percakapan di dalam mobil.
“
benar kata kakak, buatlah kenangan-kenangan yang indah bersama orang yang aku
sayangi selama masih bisa disini.” Ujar Anggun.
“ simpan
kenangan itu dan ingatlah serta bahagialah. “ ujar Rio dengan senyuman.
“
okay kak Rio ! kakakku yang paling baik dan tampan ! “ kata Anggun yang penuh
semangat.
Anggun menyapa Adip dengan
senyumannya yang indah. Adip tidak begitu heran karena memang seperti itulah
gadis itu. Adip membalas sapaan gadis itu dengan hangat. Tidak lama, Anggun
mengeluarka sebuah kamera digital miliknya. “ mau foto ? “ tanya Anggun.
“
buat apa ? “ kata Adip heran.
“
untuk kenang-kenangan kalau foto ini saat ujian gitu. “ ujar Anggun. Sejak hari
itulah ia sering memotret untuk mendapatkan banyak kenangan saat saat itu.
Bersama Adipati Irawan sang kekasih, keluarga, teman-temannya dan orang-orang
yang ada disekitarnya. Hingga ia lulus dan acara wisuda sekolah ia mengabadikan
momen itu dalam bentuk foto.
Adip duduk di sofa hijau muda dalam
kamarnya sambil membaca sebuah komik kesukaannya. Ia seduh coklat hangat di
cangkir putih di tas meja. “ Adip ! ada kiriman paket dari seseorang untukmu !
cepat buka pintunya. “ seru seorang wanita yang berada di luar kamar laki-laki
itu.
“ iya
ibu, aku segera keluar. “ ujar Adip yang segera ingin tau apa isi dan siapa
yang mengirimkan paket itu. ‘ Anggun Yatsumoto ‘ itulah nama yang tertera dalam
bungkus paket kiriman itu. Laki-laki itu bergumam apa isi dari paket hingga
gadis itu mengirimnya dari kantor pos.
Adip melihat sebuat buku didalam
kotak itu, tetapi tepatnya adalah sebuah albun foto yang berwarna biru berpita
merah muda. Saat laki-laki itu membuka album foto tersebut, foto-foto dirinya
dan Anggun yang muncul, foto-foto saat bersamanya di sekolah dan saat di luar
sekolah, bahkan terdapat foto Adip yang ia tidak tahu jika gadis itu mengambil gambarnya.
Ditaman saat itu, Anggun dan Adip berfoto bersama beberapa kali. Bahkan saat
laki-laki itu sedang membeli es krim, Anggun diam-diam mengambil foto Adip dari
jauh.
Saat
berada di kebun binatang, mereka berfoto bersama dengan binatang satu persatu
di kebun binatang itu. Banyak foto yang ada dialbum itu, bahkan ada pula foto
saat kelulusan mereka hingga foto saat wisuda. Di akhir albun, terdapat sebuah
foto. Foto Anggun yang berpakaian rapi dengan blazer merah cerah dengan rambut terurai sambil membawa tas dan sebuah
koper besar berwarna merah muda di sebuah bandara. Adip merasa aneh dengan foto
itu hingga ia menyadari bahwa ada sepucuk surat di dasar kotak tadi.
‘ pagi Adip
sayang.. hehe...
Udah bangun kan ?
biasanya jam segini kamu sedang ada dikamar dan ditemani secangkir coklat
hangat. Benarkan ?.aku mengirimkan paket yang berisi albun foto-foto kita
karena aku ingin kamu selalu mengingatku dimanapun dan kapanpun.Jangan
befikiran macam-macam, aku belum selesai. Hari ini, aku akan ke Tokyo untuk
belajar disana. Sebenarnya aku tidak mau tetapi karena permintaan ibuku jadi
aku harus melakukuannya. Ini berat untukku. Apa ini juga berat untukmu ?. ini bukan perpisahan, ingat
! ini bukan perpisahan. aku hanya belajar di Jepang beberapa tahun, hanya
beberapa tahun.
Itulah kenapa saat
ujian hari pertama dulu aku terlihat murung bahkan mataku sembab. Kita bisa
saling berhubungan melalui email bukan ?. bisakah kamu menungguku selama nanti
aku kembali ? aku harap begitu. Aku menyayaimu Adip. Aku akan kembali dan tunggulah
aku. Saat aku kembali, orang pertama yang ingin kutemui adalah dirimu. Jaga
dirimu baik-baik, jaga kesehatan selalu. Setelah aku kembali ke Indonesia, aku
ingin menikah denganmu dan memiliki beberapa anak yang lucu-lucu dan
menggemaskan. Hahaha.. Kalau gitu sampai jumpa beberapa tahun lagi, aku cinta
kamu Adipati Irawan.’
Membaca surat itu, Adip segera
menuju ke bandara mengendarai sepeda motor miliknya. Jalanan tidak cukup dapat
hari ini, jadi ia bisa mempercepat jalan motornya. Ia memakirkan sepeda
motornya sembarang tempat. Mencari-cari wajah yang ia kenali, wajah gadis yang
ia cintai, wajah Anggun Yatsumoto itu di tengah-tengah orang-orang yang
berjalan kesana dan kemari. Laki-laki itu mendengar bahwa pesawat menuju Tokyo
segera lepas landas. Tidak bisa,ia berlari menuju luar bandara. Melihat sebuah
pesawat lepas landas. Dan ia baru ingat kejadian dua hari yang lalu. Anggun dan
Adip sedang berada di taman saat sore hari. Anggun memeluk laki-laki begitu
erat dan lama, serta berkata “ aku sangat menyayangimu Adip. Sangat, “.
Jika Adip tahu bahwa itu pertemuannya dengan gadis itu di
Indonesia sebelum Anggun ke Tokyo, tentunya Adip ingin lebih lama bersama gadis
itu. Sesal ada lubuk hati Adip sambil memandang pesawat terbang menjauh dari
bandara yang membawa Anggun pergi ke Tokyo.
Anggun melihat ke arah jendela pesawat dengan wajah
datarnya. Kesedihan dan kekhawatiran masih melekat dalam diri gadis itu. Dia
ingin menghilangkan rasa itu dengan tersenyum memandang awan putih di luar
sana. Senyuman manis yang disertai air mata yang asin. “ tunggu aku. aku akan
kembali, segera. “
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar