Jumat, 31 Juli 2015

Haruskah Aku Pergi ?



Haruskah Aku Pergi ?

            Matahari mulai meninggi di ufuk timur, cahayanya menyinari dunia yang luas, cahayanya berhasil menembus jendela-jendela kaca yang dilapisi korden berwarna putih bersih di rumah besar itu. Embun pagi di setiap tanaman, tetesan air dari atap rumah terjauh ke tanah dan terdapat beberapa kubangan air di jalanan yang tidak terlalu dalam.
            Gadis itu masih terbaring dan terlelap di ranjangnya yang empuk. Wajahnya masih tenang dan damai, hingga dahinya mengerut akan alarm jam weker yang berbunyi kencang. Ia mencoba meraih jam weker yang ada di meja kecil dikiri tempat tidur dengan mata yang masih tertutup.
Pukul 05:30, itulah waktu yang ditunjukkan di jam weker saat gadis itu membuka matanya sipit-sipit. Ia segera bangun dari tempat tidurnya dan segera ia memasuki kamar mandi. “ Anggun, cepat turun ! sarapan dulu ! “ teriak seoranag wanita yang ada di ambang pintu belakang yang bersebelahan dengan ruang makan. Anggun keluar dari kamarnya dengan mengenakan rok lipit selutut berwarna coklat tua dengan baju putih berdasi yang dilapisi jas berlengan panjang yang juga berwarna coklat serta ransel berwarna biru yang ada di punggungnya. Ia memandang halaman belakang yang berada di depan kamarnya, memang benar kamar gadis itu ada di depan halaman belakang karena sejak umur 7 tahun ia meminta kedua orangtuanya untuk membuatkan kamar khusus untuk dirinya di depan halaman belakang yang terdapat banyak tanaman-tanaman di halaman itu.
“ nanti pulang jam berapa ? “ tanya sang ayah kepada Anggun yang duduk di depan meja makan yang penuh dengan mangkuk yang berisi berbagai makanan.
“ mungkin nanti sore Ayah, karena aku punya jadwal les menari. “ jawab gadis itu sambil mengambil sayur bayam di mangkuk hijau itu.
“ bagaimana kalau nanti aku menjemputmu ? “ tanya kakaknya yang menawarkan jemputannya.
“ emmm, tidak perlu kak. Aku tau kakak kesana bukan hanya menjemputku kan ? tapi mau bertemu dengan guru les menariku kan ? “ tebak Anggun yang mengira-ira. Wajah kakaknya terlihat malu dan menundukkan kepala melihat makanannya yang tersaji di piring, sepertinya memang benar laki-laki itu tidak hanya menjemput adiknya saja namun bertemu dengan seseorang. Keluarga tersebut menikmati sarapan paginya dengan nikmat. Mereka menuju ke pintu depan rumah, pria tua itu yang sering dipanggil ayah itu mencium dahi istrinya sambil menenteng tas hitam di tangan kanannya. Dan berkelanjutan kedua anak mereka yang mencium pipinya ibunya dengan penuh kasih sayang. Mereka melambaikan tangan dengan senyuman yang hangat sehangat matahari pagi.
            Anggun menerawang jendela kaca mobil kakaknya. Melihat jalanan dan toko-toko yang ada disana atau mungkin melamunkan suatu hal. Kakaknya yang sedang mengemudikan mobil sejenak melirik ke arah adiknya itu. “ hey Anggun, kamu benar-benar tidak mengizinkan aku menjemputmu nanti ? “ ujar kakaknya yang menyingkirkan suasana sepi didalam mobil itu.
“ kak Rio benar-benar ingin bertemu dengan Kak Rini ya ? “ ujar Anggun dengan senyumnya.
“ sudah dua minggu aku tidak melihatnya, aku mohon biarkan aku menjemputmu nanti kesana.. ya Anggun adikku paling baik dan cantik... “ pinta Kakanya sambil mengemudi.
“ aku memang sudah baik dan cantik sejak lahir bahkan sebelum aku lahirpun aku sudah baik dan cantik Kak.. “ canda gadis itu diteruskan dengn tawanya. Rio yang mendengar pernyataan itu, wajahnya menjadi terheran. Namun laki-laki itu tidak bisa menyangkal fakta bahwa adiknya memang baik dan cantik.
“ baiklah Kak..  nanti Kak Rio boleh jemput aku kesana. “ lanjut gadis itu setelah tertawa. Setelah hampir setengah jam perjalanan mengantarkan Anggun ke sekolah, kakaknya lekas menancap gas menuju kantornya.
            Sebentar lagi akan diadakan ujian negara atau ujian nasonal tingkat SMU. Tentu para siswa-siswi kelas tiga harus lebih giat lagi belajar untuk menghadapi ujian itu, termasuk juga Anggun yang juga kelas tiga SMU. Anggun meletakkan ranselnya di bangku dan lekas duduk, ia mengeluarkan buku-buku untuk pelajaran pertama hari ini. Rambutnya yang panjang bergelombang membuat wajahnya tertutupi sehingga ia mengikat rambutnya kebelakang.
            Seorang laki-laki berpakaian celana panjang berwarna coklat tua dan kemeja putih berdasi yang dilapisi jas berlengan panjang yang berwarna coklat, terus saja melihat ke arah gadis itu, sejenak tapi sering laki-laki itu melirik kearah Anggun. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu, namun Anggun yang sedari tadi menghadap membaca buku, tetap mengetahui bahwa laki-laki itu sedang mengawasinya. Dengan cepat, Anggun menoleh ke arah laki-laki yang ada disebelahnya. Laki-laki itu dengan cepat pula menoleh ke arah lain, berpura-pura bahwa sedari tadi ia tidak memandang gadis itu.
“ Adip ? “ panggil Anggun memastikan.
“ iya, ada apa ? “ respon laki-laki itu sambil menoleh ke arah gadis itu. Adip memang menoleh ke arah Anggun, namun ia tidak sanggup melihat mata gadis itu terlalu lama. Ia mencoba mengarahkan matanya ke arah lain, namun Anggun tetap memandang Adip dengan senyumannya.
“ kenapa Anggun ? jangan melihatku seperti itu. “ keluh Adip yang tidak tidak bisa melihat mata Anggun yang indah dan bulu mata yang lentik.
“ kenapa ?, kau yang mulai dulu. “ cetus Anggun.
“ mulai dulu ? aku tidak pernah begitu. “ elak Adip yang menyangkal pernyataan dari Anggun.
“ benarkah ? “ kata Anggun yang lebih mendekatkan wajahnya ke Adip. Laki-laki itu membelalakan mata. Adip sekarang benar-benar dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas dan dekat, ia bisa melihat matanya yang hitam dengan bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung dengan bibirnya yang indah serta wajahnya yang putih yang dengan hanya melihatnya saja pastilah lembut dan halus saat disentuh. Adip tidak bisa seperti ini terlalu lama, ia dengan cepat memandang ke arah lain, menghidari tatapan maut milik Anggun yang bisa membuat dirinya lebih jatuh hati kepada gadis itu.
            “ pagi anak-anak ! “ seru seorang guru laki-laki yang menenteng beberapa buku di tangannya sambil berjalan menuju ke meja guru. Anggun segera merubah posisi seperti semula.
“ dua hari lagi kalian akan melaksanankan ujian nasional, jadi hari ini juga tetap akan mengerjakan soal-soal latihan !! “ ujar lagi guru itu.
            Anggun berjalan perlahan sambil menggeret jari telunjukya di buku-buku yang berjejer rapi di rak buku perpustakaan. Hingga ia berhenti dan mengambil sebuah buku yang cukup tebal. Sehari lagi ujian akan terlaksa, tentu pastinya belajar dan belajar. Buku tebal itu dibawanya ke sebuah meja dekat rak buku, ia duduk di bangku itu dan segera membaca buku yang ia pilih. Begitu tekun dan fokus ia membaca buku itu, seakan ia menghiraukan semua yang ada didunia dan masuk ke dalam buku.
“ hey, apa yang kamu baca ? “ tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah dibelakang Anggun. Anggun menoleh dan mengembangkan senyumannya.
“ bukannya belajar buat ujian besok tapi malah baca novel ? “ tambah laki-laki itu setelah meliat isi buku yang sedang gadis itu pegang. Gadis itu terkejut karena Adip mengetahui apa yang ia baca, anggun segera menutup buku tebal dan meletakkannya. Anggun hanya bisa tersenyum dan tertawa lirih karena laki-laki yang memergokinya bahwa yang sedang ia baca adalah buku novel. Tiba-tiba, Adip mengambil buku novel itu dari meja. Anggun bingung kenapa laki-laki itu mengambil buku yang sedang ingin ia baca, laki-laki itu pergi dengan membawa buku itu.
            Anggun membuntuti laki-laki itu ke arah tempat rak buku “apa yang kamu lakukan ?” tanya Anggun sambil menarik jas milik Adip dan mencoba merebut kembali buku itu. Terlambat, Adip sudah mengembalikkan buku itu ke tempat semula. Adip memandang gadis itu, dan mencoba menatap mata gadis itu. “ aku sedang membaca buku itu. “ ujar Angun mengerutkan dahinya.
“ bacalah buku yang dapat membantumu untuk mengerjakan soal-soal saat ujian nanti, kau mengerti ? “ kata Adip yang mencoba memberitahu gadis itu bahwa bukan waktunya membaca novel dan ia berhasil menatap mata gadis itu. Anggun mendesah pelan. Tiba-tiba sebuah kecupan datang di bibir Anggun. mata gadis itu membulat, tidak percaya akan apa yang Adip lakukan di antara rak buku. Anggun menoleh kekanan dan kekiri, mencaritahu apakah ada yang melihat kejadian itu.
“ kamu sudah tidak waras ya ? “ ujar Anggun lirih.
“ ya, memang aku sudah tidak waras. Itu karena dirimu Anggun. “ kata Adip dengan tatapan yang tidak bisa lepas dari Anggun. Gadis itu mulai tersenyum akan ucapan yang barusan keluar dari bibir laki-laki yang ia cintai.
            Suasana hening di SMU itu. Peserta ujian dengan tenang mengisi kolom yang ada di lebar jawab. Sejenak, Adip melihat ke arah Anggun yang ada di meja sebelah, ia tersenyum melihat kekasihnya yang cantik sedang mengisi kolom di kertas itu. Namun, dalam benaknya ada sesuatu hal yang ia sesali. Kenapa waktu begitu cepat, pastinya setelah ujian selesai akan sangat jarang dia dan Anggun bertemu. Hanya itu sesal dalam hati laki-laki itu. Sekarang gantian gadis itu yang memandang laki-laki itu saat laki-laki yang ia cintai itu sedang membaca soal, wajah gadis itu terlihat khawatir. Tentang apa ?
            Malam sebelum hari ujian, gadis itu malah mendapatkan sebuah beban yang membuatnya berat hati untuk melakukannya.
“ sayang, ibu sudah memutuskan jika setelah pengumuman kelulusanmu, kamu akan ke rumah nenekmu di Tokyo. “ ujar sang ibu.
“ apa ? ke rumah nenek ? kenapa ? “
“ ibu ingin kamu meneruskan belajarmu disana. “
“ kenapa harus disana ? di Indonesia pun aku bisa meneruskan belajarku. “
“ mengertilah ibumu, ibu ingin kamu menjadi sukses disana dan menggantikan nenekmu untuk memimpin perusahaannya karena dulu ibu tidak bisa menggantikan nenekmu. “ terang wanita itu kepada anaknya yang tercinta.
“ ayah... menyetujuinya ? “ tanya Anggun yang penuh dengan pengharapan bahwa ayahnya akan menolak permintaan ibunya.
“ maafkan ayah Anggun, tapi ikuti saja ucapan ibumu. “ ujar ayahnya yang tidak bisa membantu anaknya. Anggun tidak bisa bertahan dalam keadaan ini, rasanya air mata yang sudah dibendungnya dari tadi tidak dapat menampung lebih lama lagi. Ia berlari menuju kamarnya. Ia menghantam tubuhnya ke ranjangnya yang empuk, air matanya tidak bisa berhenti dalam diamnya. Rasa menyeklit di hati semakin terasa. Malam ini tentu ia tidak bisa konsen dalam belajarnya untuk ujian esok paginya.
            Anggun masih memandangi laki-laki itu disana. Entah mengapa rasanya ia tak ingin ke Tokyo, biasanya ia sangat senang jika diajak ke Jepang untuk beberapa hari, namun setelah kelulusan.... bukan lagi beberapa hari namun beberapa tahu. Ia melanjutkan mengerjakan soal-soal ujian karena waktu terus berjalan.
            “ hey Anggun, kenapa denganmu hari ini ?, matamu sembab, kenapa ? “ tanya Adip yang merasa ada yang aneh dari diri Anggun hari ini karena dari pagi hingga ujian selesai hari ini ia terdiam dan hanya membaca buku tanpa ekspresi apapun.
“ mataku sembab ? mungkin karena tadi malam aku belajar hingga larut malam, jadi beginilah mataku. “ jawab Anggun yang berpura-pura santai dihadapan kekasihnya itu.
“ maaf Adip, aku harus pulang lebih awal. Sampai jumpa besok Adipati Irawan. “ ujarnya lagi  sambil melambaikan tangannya dan segera masuk ke mobil kakaknya yang sudah menunggunya di depan gerbang sekolah. Anggun bahkan tidak memperhatikan Adip yang sedang melihatnya walaupun didalam mobil, Anggun melihat lurus kedepan di jalanan.
            “ bukankah itu Adipati Irawan yang sering kamu ceritakan kepadaku ? “ tanya sang kakak yang mencoba menghibur adiknya yang berada di kursi depan tepat disebelahnya.
“ iya, kakak benar. “ singkat Anggun yang malas bercakap-cakapan dengan siapapun.
“ dia tampan. “ ujar Rio, namun tidak ada respon lagi dari gadis itu.
“ satu bulan dari sekarang kamu akan ke Jepang, bukankah jika satu bulan lagi kamu akan kesana.. kamu harus membuat kenangan-kenangan yang indah bersama orang-orang yang sayangi. Bukan seperti ini. “ terang kakaknya yang mencoba memberi saran kepada adiknya. Adiknya masih tetap diam memandang penjalan kaki yang kesana dan kemari di trotoar sana.
“ tetapi jika aku melakukan itu, aku takut malah akan semakin merindukannya. “ ujar Anggun yang bermuka datar.
“ rindu ? bukankah itu masalah nanti. Kau tidak menyesal jika pergi tanpa membawa banyak kenangan indah bersama orang-orang yang kamu sayangi ? “ kata Rio. Gadis itu terdiam melihat  jalanan yang ada didepannya.
            Sampai dirumah ia segera menuju ke kamarnya. Ia merenungi masalah yang ada padanya. Apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya.Renung dan merenung, hingga akhirnya ia mengambil beberapa buku untuk dipelajari.
            Esoknya, ia keluar dari kamarnya seperti biasa. Berpakaian seragam, menggendong ransel dan ceria. Bahkan ia menyapa keluarganya seperti biasa yang ia lakukan sejak dulu. Ibu dan ayahnya bingung dengan sikapnya hari ini, karena kemarin ia begitu murung namun hari ini ia begitu ceria. Sedangkan kakaknya yang menyaksikan sikap adiknya dari anak tangga, ia paham dengan sikap adiknya dan tersenyum lega.
“ pagi ! “ seru Rio sambil berjalan ke arah meja makan. Keluarga itu seperti semula kembali, ceria dan bahagia. Kakak adik itu berada didalam mobil, Rio mengembangkan senyumnya pagi ini. Anggun melambaikan tangannya ke arah ibunya yang berada diambang pintu rumah dengan senyumannya.
“ jadi apa keputusanmu ? “ tanya Rio yang memulai percakapan di dalam mobil.
“ benar kata kakak, buatlah kenangan-kenangan yang indah bersama orang yang aku sayangi selama masih bisa disini.” Ujar Anggun.
“ simpan kenangan itu dan ingatlah serta bahagialah. “ ujar Rio dengan senyuman.
“ okay kak Rio ! kakakku yang paling baik dan tampan ! “ kata Anggun yang penuh semangat.
            Anggun menyapa Adip dengan senyumannya yang indah. Adip tidak begitu heran karena memang seperti itulah gadis itu. Adip membalas sapaan gadis itu dengan hangat. Tidak lama, Anggun mengeluarka sebuah kamera digital miliknya. “ mau foto ? “ tanya Anggun.
“ buat apa ? “ kata Adip heran.
“ untuk kenang-kenangan kalau foto ini saat ujian gitu. “ ujar Anggun. Sejak hari itulah ia sering memotret untuk mendapatkan banyak kenangan saat saat itu. Bersama Adipati Irawan sang kekasih, keluarga, teman-temannya dan orang-orang yang ada disekitarnya. Hingga ia lulus dan acara wisuda sekolah ia mengabadikan momen itu dalam bentuk foto.
            Adip duduk di sofa hijau muda dalam kamarnya sambil membaca sebuah komik kesukaannya. Ia seduh coklat hangat di cangkir putih di tas meja. “ Adip ! ada kiriman paket dari seseorang untukmu ! cepat buka pintunya. “ seru seorang wanita yang berada di luar kamar laki-laki itu.
“ iya ibu, aku segera keluar. “ ujar Adip yang segera ingin tau apa isi dan siapa yang mengirimkan paket itu. ‘ Anggun Yatsumoto ‘ itulah nama yang tertera dalam bungkus paket kiriman itu. Laki-laki itu bergumam apa isi dari paket hingga gadis itu mengirimnya dari kantor pos.
            Adip melihat sebuat buku didalam kotak itu, tetapi tepatnya adalah sebuah albun foto yang berwarna biru berpita merah muda. Saat laki-laki itu membuka album foto tersebut, foto-foto dirinya dan Anggun yang muncul, foto-foto saat bersamanya di sekolah dan saat di luar sekolah, bahkan terdapat foto Adip yang ia tidak tahu  jika gadis itu mengambil gambarnya.
            Ditaman saat itu, Anggun dan Adip  berfoto bersama beberapa kali. Bahkan saat laki-laki itu sedang membeli es krim, Anggun diam-diam mengambil foto Adip dari jauh.
Saat berada di kebun binatang, mereka berfoto bersama dengan binatang satu persatu di kebun binatang itu. Banyak foto yang ada dialbum itu, bahkan ada pula foto saat kelulusan mereka hingga foto saat wisuda. Di akhir albun, terdapat sebuah foto. Foto Anggun yang berpakaian rapi dengan blazer merah cerah dengan  rambut terurai sambil membawa tas dan sebuah koper besar berwarna merah muda di sebuah bandara. Adip merasa aneh dengan foto itu hingga ia menyadari bahwa ada sepucuk surat di dasar kotak tadi.
‘ pagi Adip sayang.. hehe...
Udah bangun kan ? biasanya jam segini kamu sedang ada dikamar dan ditemani secangkir coklat hangat. Benarkan ?.aku mengirimkan paket yang berisi albun foto-foto kita karena aku ingin kamu selalu mengingatku dimanapun dan kapanpun.Jangan befikiran macam-macam, aku belum selesai. Hari ini, aku akan ke Tokyo untuk belajar disana. Sebenarnya aku tidak mau tetapi karena permintaan ibuku jadi aku harus melakukuannya. Ini berat untukku. Apa ini juga  berat untukmu ?. ini bukan perpisahan, ingat ! ini bukan perpisahan. aku hanya belajar di Jepang beberapa tahun, hanya beberapa tahun.
Itulah kenapa saat ujian hari pertama dulu aku terlihat murung bahkan mataku sembab. Kita bisa saling berhubungan melalui email bukan ?. bisakah kamu menungguku selama nanti aku kembali ? aku harap begitu. Aku menyayaimu Adip. Aku akan kembali dan tunggulah aku. Saat aku kembali, orang pertama yang ingin kutemui adalah dirimu. Jaga dirimu baik-baik, jaga kesehatan selalu. Setelah aku kembali ke Indonesia, aku ingin menikah denganmu dan memiliki beberapa anak yang lucu-lucu dan menggemaskan. Hahaha.. Kalau gitu sampai jumpa beberapa tahun lagi, aku cinta kamu Adipati Irawan.’
            Membaca surat itu, Adip segera menuju ke bandara mengendarai sepeda motor miliknya. Jalanan tidak cukup dapat hari ini, jadi ia bisa mempercepat jalan motornya. Ia memakirkan sepeda motornya sembarang tempat. Mencari-cari wajah yang ia kenali, wajah gadis yang ia cintai, wajah Anggun Yatsumoto itu di tengah-tengah orang-orang yang berjalan kesana dan kemari. Laki-laki itu mendengar bahwa pesawat menuju Tokyo segera lepas landas. Tidak bisa,ia berlari menuju luar bandara. Melihat sebuah pesawat lepas landas. Dan ia baru ingat kejadian dua hari yang lalu. Anggun dan Adip sedang berada di taman saat sore hari. Anggun memeluk laki-laki begitu erat dan lama, serta berkata “ aku sangat menyayangimu Adip. Sangat, “.
Jika Adip tahu bahwa itu pertemuannya dengan gadis itu di Indonesia sebelum Anggun ke Tokyo, tentunya Adip ingin lebih lama bersama gadis itu. Sesal ada lubuk hati Adip sambil memandang pesawat terbang menjauh dari bandara yang membawa Anggun pergi ke Tokyo.
Anggun melihat ke arah jendela pesawat dengan wajah datarnya. Kesedihan dan kekhawatiran masih melekat dalam diri gadis itu. Dia ingin menghilangkan rasa itu dengan tersenyum memandang awan putih di luar sana. Senyuman manis yang disertai air mata yang asin. “ tunggu aku. aku akan kembali, segera. “

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar